31 December 2007 15 comments
SELAMAT TAHUN BARU 2008
(bagi yang merayakan)

Ditengah gegap gempita pesta kembang api, sisakan sedikit ruang di hati kita buat mengirimkan simpati pada mereka yang baru saja terkena bencana alam.
Semoga diberi ketabahan dan segera bangkit kembali.

Mari kita sambut tahun 2008 ini dengan beribu doa buat negara tercinta ini agar segera bangkit dari keterpurukan. Amiinnn....
24 December 2007 24 comments

HAMPIR PUNAH

Saya adalah wong Jogja asli. Saya cinta banget sama kota ini, bahkan saya ikhlas kalo semisal harus menghabiskan seluruh jatah hidup saya di kota ini. Kebetulan saja sekarang saya bermukim sementara di kota tetangga, Solo. Jogja dan Solo bagi saya memiliki keeksotisan sendiri. Kebudayaan kedua kota ini hampir sama, yah maklum saja karena dulunya Jogja dan Solo memang merupakan satu kerajaan yang kemudian berpisah setelah ada perjanjian Giyanti pada 1755. Berbasis keraton sebagai penyangga utama kebudayaan, Jogja dan Solo selama ini masih dikenal sebagai kota budaya.

Melihat pembangunan di kedua kota ini hati saya bagai terbelah dua (hayaahhh...). Disatu sisi saya senang melihat kedua hometown saya itu maju, yang ditandai dengan bermunculannya bangunan-bangunan pusat perbelanjaan yang mewakili kebudayaan modern disana sini. Tapi disisi lain saya merasa miris juga. Apa iya 15 atau 20 tahun yang akan datang Jogja dan Solo masih mampu mempertahankan kebudayaannya yang sangat luhur dan eksotis itu?

Foto ilustrasi pada guneman kali ini saya ambil di keraton Solo beberapa bulan yang lalu. Lihatlah betapa luhurnya kebudayaan Jawa, terwakili dengan seorang abdi dalem tua berpakaian adat (kemben) yang sedang khusyuk memanjatkan doa ditingkahi kepulan asap kemenyan. Coba sampeyan semua bayangken, di jaman internet sekarang ini masih ada juga yang bakar kemenyan...sungguh sangat eksotik bukan??

Lha kalo mbah-mbah seperti yang ada dalam foto itu sudah mati semua, sementara yang muda-muda lebih tertarik untuk nongkrong di mall, berlomba update fashion ala distro, dan mencoba berbagai variasi rasa kondom daripada ikut berpartisipasi melestarikan kebudayaannya sendiri, trus piye?

Impian saya, 15 atau 20 tahun lagi saya akan mengajak anak saya untuk hunting foto ke tempat yang sama, dan saya ingin anak saya nanti juga masih dapat menyaksikan keeksotikan kebudayaan asli Jawa itu. Tapi apakah impian saya itu terlalu mengada-ada ya? Masih mungkinkah hal itu dapat di jumpai di masa yang akan datang? Haruskah anak saya nanti mengenal kemben dari mall-mall? Kemben yang telah dipadukan dengan rok mini dan sepatu hak tinggi yang ditingkahi kepulan asap rokok dari bibir tipis nan sexy?

21 December 2007 14 comments

Morning Glory

Sori kayaknya untuk posting kali ini lebih cocok untuk kaum blogger yang bisa ereksi alias laki-laki, tapi tidak menutup kemungkinan untuk blogger cewek yang ingin berpartisipasi, hahahaha….

Pernah berpikir kenapa setiap pagi hari/bangun pagi kaum laki-laki pasti ereksi? Nah saya pernah baca sebuah artikel di majalah yang membahas tentang hal itu. Ternyata ereksi di pagi hari sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti apa sebabnya, karena setiap laki-laki pasti mengalaminya tanpa butuh rangsangan atau stimulus secara seksual. Para ahli kesehatan akhirnya menyimpulkan bahwa ereksi dipagi hari yang dialami oleh para laki-laki merupakan suatu pertanda bahwa keadaan tubuh bugar. Ya, dengan tubuh bugar pasti semua organ akan berfungsi dengan baik, salah satunya ya alat yang bisa ereksi tadi (gak enak saya nyebutin namanya disini)

Nah kalo suatu pagi sampeyan (yang laki-laki tentunya) tidak mengalami apa yang biasa disebut dengan morning glory itu, bisa dipastikan keadaan tubuh sampeyan sedang tidak bugar atau memang alat sampeyan sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Bagaimana menjaga agar tubuh kita tetep bugar? Gampang aja, makanlah dengan teratur dan sehat, tidur cukup, selalu beraktifitas dengan porsi yang seimbang dengan waktu istirahat, dan jika sampeyan sudah punya istri lakukan seks dengan teratur karena seks yang teratur dan berkualitas akan sama efeknya dengan berolahraga.

(saya bingung mau ngasih gambar ilustrasi apa pada posting kali ini)

18 December 2007 12 comments

Nggunem lagi

Woi yooo...!!! I am back...ya akhirnya saya kembali napsu buat menggauli blog ini. Sempat terharu (dan agak GR) juga dengan komen maupun pesan di SB yang masuk pada blog ini. Nggak nyangka ternyata apresiasi kawan-kawan blogger pada blog ini besar juga. Langkah pertama yang saya lakukan adalah ganti template...mmm...gak ganti sepenuhnya sebenernya, cuma ganti warna aja, sumbernya juga masih sama.

Kebodohan yang gak sengaja saya lakukan adalah kehilangan link list ke blog laen. Jadi saya cuma gresek-gresek dari link yang masuk pada komen dan SB aja buat dipasang di template baru ini, mohon dimaafkan kalo ada yang terlewatkan (silahkan protes pasti akan segera saya pasang kembali)

Salam hangat penuh cinta buat kawan-kawan blogger semua, segera akan hadir kembali guneman-guneman gak mutu di blog ini.
03 December 2007 23 comments

Cuti Ngeblog

Saya lagi dalam suatu fase dimana saya merasa blog saya kok menjemukan sekali, bosen mantengin halaman item merah ini tiap online... apalagi isinya juga makin lama makin norak bin gak jelas...maka dari itu saya akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak dari urusan blogging ini...

Sekalian disini saya minta maaf sama rekan-rekan blogger semua, kalo sekiranya isi blog saya yang gak mutu ini pernah menyinggung perasaan rekan-rekan blogger yang terhormat...

Untuk mengobati kekecewaan sampeyan semua ketika membuka halaman ini, silakan mengunjungi kawan-kawan blogger handal yang ada di friendlist saya di halaman ini, karena merekalah sumber inspirasi saya selama ini...

Terimakasih atas kunjungannya, saya janji akan kembali secepat mungkin...salam hangat selalu...
26 November 2007 21 comments

Guru

Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa...Kita jadi tau beraneka bidang ilmu dari siapa...

Kalo gak salah begitulah sepotong bait lagu jaman dulu yang didedikasikan buat para guru. Yap, betul sodara-sodara sekalian. Seperti yang sudah sampeyan semua tebak kalo guneman kali ini akan membahas tentang profesi mulia yang bahkan memiliki gelar sendiri yaitu sebagai “Pahlawan tanpa tanda Jasa” itu. Sampeyan boleh nerusin mbaca kalimat per kalimat dalam guneman ini, ato monggo juga kalo mau njujug ke paragraf terakhir. Hahaha...nyante aja bos....

Pada jaman baheula, para priyayilah yang menjadi guru. Mereka menularkan kawruh mereka pada anak-anak dilingkungannya dan benar-benar tanpa pamrih. Mereka benar-benar digugu dan ditiru. Itulah kenapa jaman itu profesi guru sangatlah prestisius, kajen istilah jawanya.

Mungkin sampeyan pernah denger sebuah cerita tentang Jepang, negara yang ya ampun deh majunya itu sekarang, dulu pas habis dijatuhi bom atom oleh Amerika, sang kaisar bukannya menanyakan berapa jumlah bangunan yang rusak, berapa kerugian materiil yang dialami, tapi yang langsung dikaruhke sama Sang Kaisar waktu itu adalah “ Berapa jumlah guru yang masih Hidup”. Itulah salah satu gambaran betapa pentingnya seorang guru bagi sebuah bangsa. Bahkan Malaysia dulu katanya juga mengimpor guru dari Indonesia lho..huebat to?? Jadi mungkin saja para wong pinter di Malaysia yang punya inisiatip ngeklaim ini itu milik Indonesia itu, bisa jadi pinter berkat wong Indonesia, bukankah itu namanya durhaka??? Bisa dikutuk jadi batu kalo begitu...hayahhh....

Saya dibesarkan dalam lingkungan pendidikan. Bapak saya guru/kepala sekolah. Dan Pakdhe-pakdhe saya(dari pihak bapak) yang berjumlah 6 itu, 5 diantaranya berkecimpung juga dibidang pendidikan(guru/kepala sekolah). Jadi sedikit banyak saya bisa nggragap bagaimana hidup seorang guru. Kalo mau dibilang profesi yang paling mulia, saya kira kok terlalu berlebihan dan dapat menimbulkan kecemburuan bagi profesi-profesi laen. Cuma yang saya tau, dari pengalaman dan pengamatan saya, gak ada guru, yang benar-benar hanya menggantungkan hidup dari profesi itu, yang bisa kaya raya. Jadi menurut saya, para guru itu besar pengorbanan dan pendapatan yang diperoleh gak sebanding. Lha monggo dibayangin rame-rame, para guru itu memikul tanggung jawab yang teramat besar bagi masa depan sebuah negara. Mungkin lebih besar tanggungjawab moral yang dipikul oleh para guru dari pada yang dipikul oleh para anggota DPR, tapi knapa gaji guru bisa hanya 1/10-nya dari gaji para anggota DPR?? Kenapa juga lagu Iwan Fals yang judulnya Oemar Bakri itu menggambarkan seorang guru yang menaiki sepeda kumbang? Bukannya seorang guru yang naik BMW?

Kenapa dan kenapa...selalu kata ini yang muncul di guneman saya..menandakan ketololan yang punya guneman...tanya teruss...

Dengan tanggung jawab yang sebegitu besar, bagaimana dengan kesejahteraan mereka? Ya dari pernyataan awal saya tadi bahwa guru gak ada yang kaya, maka bisa sampeyan simpulkan sendiri lah. Tapi sejak awal mungkin para pendidik itu sudah menyadari konsekwensi gak bisa kaya tadi pas mereka memutuskan menjadi seorang guru. Profesi guru lebih kepada pengabdian daripada untuk mengejar kekayaan. Lha misal mau korupsi ya korupsi apa?? Spidol? Papan tulis? Hahaha...

Kalo sampeyan mengkonter guneman saya ini dengan, kok ada guru yang mencabuli anak didiknya? Kok ada guru yang maen duit buat mark up nilai murid? dan kok ada-kok ada laennya...ITU OKNUM!!! Mereka palsuu...bukan guru dan pendidik sejati, sumpah pengabdian mereka gak tulus...mereka bajingan..mereka asu..mereka tai kebo...merusak citra para guru saja. Sori kalo emosi, lha di benak saya (terlepas dari profesi bapak saya sendiri), seorang guru itu mulia sekali.

Pernah nyoba menyambangi mantan SD sampeyan dulu. Cobalah sekali-kali dan temuilah mantan guru sampeyan dulu kalo masih ada. Ketika tau kalo sampeyan sudah kerja jadi anu... atau sudah kuliah di universitas anu...lihatlah raut muka mereka. Sebuah kepuasan yang jujur melihat anak didiknya telah berhasil.

Maturnuwun ya Pak dan Bu Guru. Kalo gak ada panjenengan semua, mungkin blog Gunemanku ini juga gak bakalan ada. Mari kita sejenak merenung dan mengenang kembali masa-masa sekolah kita dulu, dan mari kita berterimakasih kepada para guru kita itu, cukup dalam hati saja, karena mereka sebenarnya tidak mengharapkan ucapan terimakasih dari kita, percayalah...

Gurulah pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada tara.

24 November 2007 21 comments

Pengamen Cilik dan Artis Cilik

Kedua subyek diatas sama-sama memiliki predikat “cilik” dibelakangnya. Profesi dari kedua subyek tadi juga sama-sama bertujuan menghasilkan uang. Dan yang terpenting adalah mereka sama-sama harus kehilangan masa kecil mereka.

Masalah eksploitasi anak baru-baru ini hangat lagi muncul ke permukaan. Seiring dengan huru-hara yang menimpa keluarga Ahmad Dhani dan Maia Estyanti. Masih terekam jelas ketika mbak Maia ngobrak-abrik lokasi syuting anak-anaknya. Masalah huru-hara ini sampai melibatkan sebuah komisi yang melindungi hak-hak anak (KPAI bukan ya??).

Menurut saya yang goblok ini, seharusnya Komisi itu menambahkan kata “artis” dibelakang namanya : Komisi Perlindungan Anak Artis Indonesia. Lha gimana to, kalo memang benar-benar berniat melindungi hak-hak anak di Indonesia, itu di perempatan-perempatan jalan banyak banget anak-anak yang harus dilindungi hak-hak mereka. Bukan hanya anak-anak para selebritis yang hobi kawin cerai gak jelas yang harus serius ditangani dan dilindungi. Bahkan ancaman bagi mereka yang di jalanan itu lebih nyata.

Tentang orang tua yang mendaftarkan anak mereka di sekolah-sekolah modelling, dan mendaftarkan anak mereka di casting-casting sinetron tanpa ada niatan yang kuat dari si anak sendiri, dengan orang tua yang menyewakan bayi mereka sebagai properti mengemis di perempatan jalan, apa bedanya coba?? Mereka, lagi-lagi menurut saya, sama-sama mengeksploitasi anak mereka. Merampas hak hidup anak-anak mereka demi memenuhi ambisi orang tua, menjijikkan....

Kalo alasan kebutuhan ekonomi (para eksploiter anak jalanan) yang dikemukakan, lagi-lagi menurut saya itu tidak bisa diterima. Dengan menikmati proses pembuahan saja tanpa ada pertanggungjawaban pada hasilnya, itu adalah sebuah tindakan yang katrok, ndeso, njelehi, dan ya ampun amit-amit deh... Seharusnya sebelum "uh ah uh ah" bikin anak, mereka sudah harus mempersiapkan segalanya untuk merawat anak mereka. Kalo toh harus memperoleh penghasilan dari mengemis di jalanan ya jangan libatkan anak-anak dong. Biarkan anak-anak berkembang dan kalo bisa jangan mewariskan profesi hina itu pada anak-anak, mereka pantes mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Mengemis adalah selemah-lemahnya usaha.

Sedangkan orang tua yang menyuruh anaknya jadi model atau artis sinetron...mmm... kenapa saya begitu yakin bahwa pemikiran anak kecil belum sampai pada popularitas yang didapat, apalagi uang berlimpah yang bakal dikeruk seandainya mereka jadi artis. Jadi menurut saya (lagi-lagi..bosen gak sampeyan pada kata2 ini?) yang mencetak meraka untuk jadi artis itu adalah orang tua mereka, dan para artis cilik itu hanyalah victim saja, korban obsesi orang tua mereka yang ngiler pada segala pernak-pernik duniawi yang menyilaukan.

Sekarang giliran KPAI tadi, halo Pak dan Bu yang mentahbiskan diri sampeyan sebagai pelindung anak...sampai dimana kerja sampeyan? Apa langkah nyata sampeyan untuk melindungi hak anak-anak Indonesia? Apakah sampeyan bekerja atas dasar hati nurani sampeyan yang benar-benar bertujuan mulia melindungi hak anak-anak Indonesia, ataukah sampeyan hanya bekerja demi uang dan popularitas? (lumayan kan sampeyan jadi sering masuk tipi). Atau jangan-jangan sampeyan bekerja di Komisi itu karena dorongan dari orang tua sampeyan, padahal sebenarnya sampeyan pengennya jadi artis??? Anda termasuk tereksploitasi berarti...hahahaha.....

Saya nggak bermaksud menyerang siapapun atau institusi manapun, saya nulis ini karena tadi siang (24/11) diperempatan Gramedia Jogja, ada seorang gadis cilik dengan pakaian lusuh dan rambut memerah kepanasan, yang kira-kira seumuran ponakan saya yang masih TK, menengadahkan tangannya untuk meminta receh pada mobil di depan saya. Sialnya lagi gak ada respon dari si pemilik mobil Baleno plat H itu.



20 November 2007 16 comments

Petasan dan Djakarta tempo doeloe


Saya wong Jowo ndeso asli, lahir dan besar di Yogyakarta pinggiran (Wates Kulonprogo), tapi gak ada salahnya kan saya nulis tentang kebudayaan daerah yang bukan milik daerah saya. Yah itung-itung sebagai “selemah-lemahnya usaha” turut melestarikan budaya lokal Indonesia.

Pas nengokin kawan saya yang lagi sakit, saya nemu buku bagus diantara deretan koleksi bukunya. “Robin Hood Betawi”, begitu judul yang tertera disampul buku itu. Buku karya Alwi Shahab yang saya yakin banget digunakan teman saya itu buat referensi nyusun tugas akhirnya dulu yang bertema kebudayaan Betawi. Postingan kali ini saya ambil dari salah satu bab di buku itu, yah untuk antisipasi aja kalo2 ada blogger yang pernah baca buku itu dan kebetulan baca postingan saya ini dan mencibir “halah si Tukang Nggunem itu gunemannya gak orisinil, njiplak buku..”, ya biarin wong blog-blog saya sendiri kok, huehehehehe.....

Petasan(mercon), saya yakin sampeyan semua tau benda itu. Benda yang melibatkan gulungan kertas, bubuk mesiu, dan sumbu itu biasanya populer pada saat bulan ramadhan. Sering juga kita lihat di tipi pada upacara kawinan adat betawi saat pengantin laki-laki datang bersama arak-arakannya, petasan disulut untuk memeriahkan suasana. Suara gambang kromong betawi ditingkahi dar der dor bunyi petasan menjadikan suasana meriah, setidaknya itu yang saya tangkep lewat tipi.

Pada sekitar awal abad ke-18, Jakarta yang waktu itu masih bernama Batavia, 30% dari sekitar 50 ribu penduduknya adalah orang-orang Cina. Belanda atau kompeni sejak awal memang membutuhkan orang-orang Cina itu untuk membangun Batavia. Orang-orang Cina memang dikenal karena etos kerjanya ; ulet, pantang menyerah, dan pekerja keras. Nah, meski tinggal jauh dari kampung halaman, para imigran dari Cina itu tetap nguri-uri kebudayaan asli nenek moyang mereka (ini yang harus di contoh), salah satu diantaranya adalah petasan.

Di Cina sendiri, petasan pada awalnya digunakan untuk mengusir setan, demit, iblis atau apalah yang menurut kepercayaan mereka menyebabkan berbagai wabah penyakit. Pada mulanya untuk mengusir para lelembut tadi, penduduk memukul benda-benda yang bersuara nyaring seperti seng, tambur, atau gendang. Tapi mungkin lelembutnya udah nggak ngefek lagi diusir pake cara itu, akhirnya diciptakan petasan yang dapat berbunyi lebih nyaring dan dapat dilempar-lemparkan untuk ngusir para lelembut tadi. Dan kebudayaan petasan itu akhirnya terbawa sampai ke Jakarta oleh para imigran Cina tadi.

Entah siapa yang memulai, akhirnya orang-orang Betawi meniru kebudayaan petasan tadi. Tapi bedanya kalo pada masyarakat Betawi petasan dipake untuk alat komunikasi antar kampung. Waktu itu Jakarta masih berupa kampung-kampung yang penduduknya juga masih sunyi senyap, satu kampung bisa hanya terdiri dari 6-7 rumah yang umumnya masih ada hubungan kekerabatan. Nah petasan ini dipake untuk memberi tahu dan mengundang penduduk lain kampung kalo ada sebuah hajatan di kampung sebelahnya. Banyak sedikitnya rentetan petasan yang dibunyikan, menunjukan status sosial orang yang bersangkutan. Semakin tinggi status sosial seseorang, maka semakin banyak dan panjang juga rentetan petasan yang dibunyikan.

Pada akhirnya petasan udah berakulturasi dengan kebudayaan lokal dan berkembang menjadi kebudayaan Betawi/Jakarta. Alangkah sayangnya jika sebuah kebudayaan asli daerah harus tergerus dengan kebudayaan-kebudayaan asing yang menyerbu Indonesia dengan tanpa ampun. Misalnya, ini cuma misalnya lho... banyak generasi muda Jakarta sekarang yang bisa lebih gamblang menceritakan asal muasal seni beladiri Capoeira yang dari Brasil itu daripada seluk beluk pencak silat, pasti banyak juga yang plonga-plongo waktu ditanya alat musik angklung itu asli mana, tapi mereka ikut heboh tereak-tereak maling, grudak-gruduk berdemo, bahkan sampe bikin stiker dan nyablon kaos segala, pas media nasional ngasih kabar kalo itu udah diklaim jadi milik negara tetangga.

Tapi ya gimana lagi, wong kita tidak bisa memaksakan agar para generasi muda itu melestarikan dan mempelajari kebudayaan asli daerahnya, jadi kalo misalnya ada pihak laen yang mau dan mampu melestarikan dan menjaga kebudayaan yang aslinya milik kita, ya mending diikhlasin aja. Lha situ bisa tereak-tereak maling tapi apa usaha yang udah situ lakukan buat menjaga barang anda itu biar gak dimaling?? gitu aja kok repot....

* Paragraf terakhir merupakan pemikiran yang muncul setelah melihat dikoran bule-bule pada main gamelan sementara dihalaman laen ada seorang anak remaja Indonesia yang piawai banget maenin komposisi musik klasik dengan piano

Gambar ilustrasi ngambil dari sini


19 November 2007 23 comments

Mencari Popularitas tanpa Kreatifitas

Kalimat itu yang pernah ditujukan pada saya oleh salah satu komunitas blogger. Anjriitt..sumpah gondok banget pas dapet komen itu di tulisan saya. Namun salah saya juga gak cermat mbaca aturan maen di komunitas itu, karena setelah saya cermati ada aturan yang tidak membolehkan untuk dobel posting, di blog pribadi dan di komunitas itu. Sudahlah..itu sudah lewat dan saya udah gak ada masalah lagi...

Yang pengen saya gunemkan disini adalah masalah popularitas itu tadi. Ini erat kaitannya dengan sebutan yang sering bikin jengah, SELEB BLOG. Beberapa kali conference dengan kawan-kawan ngeblog selalu saja muncul wacana tentang selebritis blog itu. Saya sering bertanya-tanya, baik pada diri saya sendiri maupun dengan blogger laen, apa sih maksud sebenarnya selebritis blog itu? Apa kriterianya sehingga seorang blogger bisa disebut sebagai selebritis blog? Apakah dengan komen yang bertumpuk dan traffic yang sampe nembus 3 digit trus orang itu bisa disebut seleb blog? apa iya se-cetek itu parameternya? bagaimana dengan kualitas blognya? Kualitas dan kuantitas, penting mana? Berbagai cibiran muncul saat saya ngobrol dengan blogger laen, kalo si “anu” itu seleb blog, si “itu” juga seleb blog, dan mereka biasanya membuat komunitas sendiri yang eksklusif...benarkah demikian??

Banyak blog yang tulisannya benar-benar handal, dan ternyata pengunjungnya juga “biasa” aja, gak terlalu rame, gak penuh dengan sanjungan dan pujaan yang sarat dengan basa-basi busuk. Komen yang masuk juga standar, gak banyak-banyak banget tapi “berisi” semua, tidak asal komen balas budi (atau komen tuk mengharap balas budi).

Selebritis adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa inggris celebrity yang berarti pesohor atau orang terkenal. Setidaknya begitu yang saya peroleh dari wikipedia. Seorang selebritis akan cenderung untuk bertindak eksklusif. Enggan bertegur sapa dengan orang biasa, selalu suka disanjung tanpa suka menyanjung, selalu suka diramah-tamahi tanpa harus meramah-tamahi. Naudzubillah..semoga kita semua tidak seperti itu.

Mencari popularitas tanpa kreatifitas. Saya gak ada masalah dengan orang yang populer berkat kreatifitasnya, tapi saya jengah juga dengan orang-orang yang enggan berkreatifas tapi mengejar popularitas. Hanya meninggalkan secarik komentar di blog orang tanpa ada hubungannya dengan isi tulisan, apa itu bisa disebut menghargai blogger yang bersangkutan?

Kalo dikembalikan kepada saya, jujur aja saya nggak memaksakan diri saya untuk memberi komentar pada sebuah postingan jika saya nggak bener-benar tertarik dengan isinya, meski blogger yang bersangkutan aktif di blog saya (ngisi SB, kasih komen). Saya nggak mau asal nulis komen aja (nglegani istilah jawanya) tanpa saya tau dan tertarik dengan permasalahan yang diangkat. Kalo ngisi SB sih saya suka, itu salah satu cara saya menjaga silaturahmi dengan blogger laen, bukan mencari popularitas lho...

Ah entah knapa saya jadi ngerasa nggak bener kalo menggunemkan hal ini, permasalahan yang terlalu sensitif kayaknya...udah deh gak saya terusin, sampe itu aja...tidak ditujukan untuk menyerang siapapun, hanya sekedar guneman gak jelas dari saya...terimakasih, salam hangat...

12 November 2007 23 comments

Mereka yangTerlupakan

Dulu awal-awal ngeblog, saya pernah nggunem yang menyangkut tema kepahlawanan, tentang bagaimana sorang Che Guevarra bisa lebih populer daripada Bung Tomo. Kini sebagai blogger yang ngakunya peka jaman(*mode siap2 muntah is on*) maka terbikinlah guneman ini demi memperingati dan menyambut hari Pahlawan.

Setiap menjelang peringatan hari Pahlawan, diberbagai stasiun televisi selalu saja menayangkan kisah-kisah dari para pahlawan yang terlupakan. Mereka yang dulu bertaruh nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sampai sekarang juga masih harus tetap berjuang untuk memperjuangkan nasib mereka sendiri. Potret mantan pejuang yang masih harus banting tulang di usia senjanya demi bertahan hidup jamak ditemukan di negara yang “besar” ini. Para veteran perang kemerdekaan itu memang mendapat tunjangan dari pemerintah, tapi apalah artinya duit 600ribu per bulan di masa seperti sekarang, kok pelit banget to Pemerintah Indonesia ini??? Wong buat anggaran pemilu saja yang merupakan ajang pertarungan untuk berebut kekuasaan bisa sampe 47,9 trilyun. Bagaimana juga dengan milyaran rupiah yang ditilep dari bumi Indonesia yang sudah merdeka ini oleh cukong-cukong kayu macam Ade Lin yang kemudian divonis bebas oleh pengadilan? Pemerintah Indonesia seharusnya isin, malu, sama para veteran-veteran berbaret kuning itu. Mereka-mereka yang sekarang duduk di kursi empuk kekuasaan gak bakalan bisa begitu seandainya dulu para veteran itu gak berjuang mati-matian mengusir londo yang menjajah negeri ini.

Mengenai gelar “Pahlawan Nasional” sendiri, ternyata harus ada pengajuan/permohonan dari pihak keluarga atau kelompok agar seseorang dapat meraih gelar Pahlawan Nasional. Bukankah itu sama halnya dengan mengemis kepada Pemerintah demi sebuah predikat. Trus dimana arti “menghargai jasa pahlawan” kalo begitu caranya??

Kalo sampeyan belum tau ini saya kasih tau, bahwa pribadi sekaliber Bung Tomo-pun sampai saat ini belum menyandang predikat sebagai “Pahlawan Nasional” cuma gara-gara belum ada pihak yang mengajukan nama Bung Tomo sebagai Pahlawan nasional, padahal dari segi jasa, silakan sampeyan nanya sendiri sama arek-arek Suroboyo siapa itu dan apa jasa Bung Tomo.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya. Ungkapan lawas banget yang selalu didengungkan di Indonesia. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah Indonesia sudah mampu menghargai jasa para pahlawannya? Upacara bendera setiap tanggal 10 November, yang biasanya dilanjutkan dengan acara tabur bunga di makam-makam pahlawan saja tidaklah cukup untuk disebut menghargai jasa pahlawan. Jadi bila ingin menjadi bangsa yang benar-benar besar, langkah awal yang paling sederhana yang harus di lakukan Indonesia adalah belajar untuk lebih menghargai jasa para pahlawannya.

06 November 2007 23 comments

PRIYAYI

Apa yang ada dibenak sodara-sodara semua saat mendengar kata “priyayi”? Kalo saya tanya hal ini pada teman saya si Ndolo, pasti dia jawabnya tempat ngopi tempat biasa kami nongkrong. Tapi bagi sampeyan semua saat mendengar kata priyayi pastilah pikiran akan digiring ke dalam kultur kerajaan pada jaman baheula. Priyayi selalu diasumsikan dengan orang terhormat dan yang berkaitan dengan kerajaan (di Jawa tentunya). Dulu banget di Surakarta ( ya sekitar tahun 1890-an lah), ketika sistem hierarki dalam masyarakat masih kental, priyayi adalah sebuah posisi yang sangat didambakan, bahkan menjadi cita-cita bagi masyarakat umum (waktu itu disebut wong cilik atau kawulo alit). Dalam masa itu Priyayi adalah pegawai pemerintah kolonial (abdining kanjeng Gubernemen) dan abdi dalem Susuhunan(baik parentah ageng maupun keraton). Apapun pekerjaannya, minumnya teh botol sosro..ehh..bukan ding..maksut saya apapun pekerjaannya, mereka yang mengabdi pada raja sudah barang tentu dia adalah priyayi. Kepriyayian pada waktu itu sangatlah dihormati tatkala pusat kekuasaan, raja, dan birokrasi kolonial memonopoli kekayaan-kekayaan simbolik maupun aktual. Ini saya cerita tentang kerajaan di Surakarta lho. Sebagaimana diketahui bahwa keraton Surakarta sangat kooperatif dan openhand terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Menjadi seorang priyayi pada masa itu sebenarnya tidak mudah. Ada beberapa tahapan sebelum seseorang dapat resmi bergelar priyayi. Tahapan yang harus dilewati adalah suwita, magang, dan wisuda. Suwita (mengabdi) ditujukan untuk mengetahui kepribadian (termasuk diantaranya kejujuran, ketekunan, kerajinan, dan kesetiaan) seorang calon priyayi. Sedangkan masa magang lebih ditujukan untuk melatih kemampuan profesional seorang calon priyayi. Setelah kedua tahapan terlewati barulah dilangsungkan acara wisuda menjadi seorang priyayi (gak tau juga pake toga pa nggak).

Perilaku seorang priyayi sendiri sudah diatur sedemikian rupa. Termasuk didalamnya aturan-aturan mengenai berbahasa, gerak gerik tubuh, air muka, kemampuan berbicara, dan moral yang baik. Sangar kan? Gak mudah memang jadi priyayi...

Pengabdian priyayi pada raja adalah mutlak. Bahkan pejah wonten ing sangandaping sampeyan dalem (mati di bawah kaki raja) adalah salah satu obsesi yang diinginkan para priyayi itu. Bagi mereka, mati dibawah kaki sang raja merupakan kamulyan ingkang dipun padosi (kemuliaan yang dicari).

Dalam perkembangannya kemudian muncul 2 macam priyayi, yaitu priyayi kerajaan dan priyayi terpelajar. Priyayi terpelajar diwakili dengan munculnya organisasi Boedi Utomo, yang kalo saya jelaskan secara terperinci disini pastilah sampeyan semua pada menguap karena bosen.

Kini, pada masa modern seperti sekarang ini, saat keraton sebagai simbol budaya telah dikepung dengan keberadaan mall-mall sebagai simbol kapitalisme, tidak ada lagi perbedaan antara priyayi dan kawulo alit (wong cilik). Nggak ngaruh banget gelar-gelar kerajaan macem Raden Mas, Kanjeng Raden Tumenggung, Radenroro, atau apalah...

Banyak wong cilik yang tumindake luwih mriyayeni (tindak tanduknya lebih terhormat) dari pada priyayi beneran, banyak pula priyayi yang tindak tanduknya tidak lebih baik dari seorang bajingan kelas terminal.

* Jangan percaya jika suatu saat ketemu oknum yang ada pada foto diatas dan mengaku dirinya sebagai priyayi. Harap segera lapor ketua RT setempat.

01 November 2007 18 comments

Presidenku Seorang Seniman

Pak SBY bikin album, bukan album foto apalagi album perangko, ini album lagu. Yap betul sodara, Pak Presiden kita ternyata juga seniman pencipta lagu (side job ya Pak?). Plok..plok..plok...salut saya sama sampeyan Pak SBY, sebagai presiden pastilah jadwal acara sampeyan itu padet banget, tapi heran dan gumunnya, kok ya sempet bikin lagu juga. Acara peluncuran 10 lagu karya Pak SBY ini dilakukan hari Minggu(28/10) kemaren, yang dihadiri oleh para pembantu-pembantunya(menteri), dan juga artis-artis papan atas Indonesia, acara itu dikemas dengan mewah layaknya sebuah konser musik besar (Kompas 30/10), ya iyalah...Presiden gitu lho...

Tapi gejala kesenimanan Pak Presiden kita itu sebenarnya sudah mulai terlihat sejak kampanye pilpres 5 taon yang lalu. Ditengah calon yang laen dengan seriusnya meneriakkan jargon-jargon kampanye disertai kepalan tangan yang terangkat, eh Pak SBY malah mengiklankan dirinya melalui nyanyian. Jargon kampanyenya yang “Bersama Kita Bisa” itu dengan indahnya mengalun melalui nada. Selain itu, dalam pemberitaan surat kabar, seringkali diberitakan SBY menyanyi dalam sebuah acara, dan yang gokilnya lagi, presiden sering gitaran bareng rombongan di dalam pesawat saat melakukan perjalanan diplomatik. Top dah pokoknya Pak...

Politik dan seni. Dua bidang yang kalo sekilas dilihat sebenarnya bertolak belakang. Politik yang identik dengan para pelakunya yang kebanyakan botak, berpakaian formal, permainan-permainan licik dan “bunuh-bunuhan”, sedangkan seni yang dekat sekali dengan unsur keindahan dan estetika, selain pelakunya yang jarang banget bersentuhan dengan segala hal yang formal. Terus apa jadinya semisal dua unsur tadi digabungkan, apakah lalu akan tercipta sebuah seni politik? yang didalamnya ada acara “bunuh-bunuhan” tadi tapi dengan cara yang indah, “membunuh dengan indah”, keren juga kayaknya...hahaha...

Kembali ke Pak SBY yang udah ngeluarin album tadi, saya sebenernya seneng banget kalo ternyata RI 1 kita itu memiliki jiwa seni yang tinggi. Itu artinya pak SBY masih mempunyai nilai-nilai keindahan dalam jiwanya, bukan melulu berkutat dengan kekuasaan.

Setidaknya para seniman lebih bernurani dibandingan dengan pure politician (menurut saya lho). Yang dilakukan para seniman itu, apapun bidangnya, murni untuk menghibur orang banyak. Andaikata menghasilkan banyak duit untuk dirinya dari berkesenian itu ya mereka anggap sebagai side effect aja.

Bandingkan dengan para politikus itu, saya nggak bermaksud mendiskreditkan lho, tapi image yang mereka bentuk dimasyarakat memang sudah begitu, bermulut manis,mengobral janji, selalu berorientasi pada kekuasaan, dan lebih sering hanya mementingkan kelompok dan dirinya sendiri saja.

Jadi mari kita jangan hanya mengecam kegagalan-kegagalan dari pemerintahan Pak SBY ini, tapi ada baiknya sekali-kali kita nilai Pak SBY dari sudut pandang yang sama sekali jauh dari unsur politik. Agak sulit memang, karena memang hal yang paling mudah adalah untuk mencari-cari dan mengecam kesalahan orang lain. Dasar manusia....

Gambar Pak SBY dapet dari sini

28 October 2007 17 comments

Gerebeg Maulud

Gerebeg maulud adalah sebuah akulturasi dari sebuah ritual agama dengan ritual budaya. Kenapa saya sebut demikian, karena pada dasarnya gerebeg maulud itu dilaksanakan untuk memperingati maulud Nabi Muhammad SAW. Namun pada pelaksanaan melibatkan berbagai macam pernak-pernik budaya, seperti melibatkan pembakaran kemenyan, melibatkan berbagai macam prosesi dan sesaji.

Ditengah-tengah jaman modern seperti ini, ternyata masih saja ada orang-orang yang percaya dengan berkah dalem(berkah dari raja). Ya, berkah yang didapat dari barang-barang yang udah mambu keraton, istilah jawanya. Keraton masih saja dianggap sebagai sebuah institusi yang bertuah, yang mampu menghadirkan segala keberuntungan dan juga tolak bala. Saya masih tidak habis pikir dengan ribuan orang yang rela berdesakan ditengah terik matahari demi merebutkan barang2 sepele yang sebenarnya bisa kita dapatkan semua di pasar-pasar terdekat. Tapi ya itulah keunikan orang jawa, masih mempertahan kan budaya ditengah serbuan arus modernisasi, dan saya bangga juga menjadi bagian dari masyarakat seperti ini, meski kadang saya masih mengedepankan rasionalitas saya untuk hal-hal yang tidak masuk akal semacam berebut berkah dalem semacam itu.

Foto-foto berikut ini adalah hasil hunting saya terakhir sebelum kamera saya rusak pada acara gerebeg maulud di Keraton Solo, sebagian udah ada yang saya upload. Udah lama banget memang acaranya, dan udah lama juga foto-foto ini manjing di laptop saya, jadi bosen sendiri liat foto-foto saya itu, jadi ya saya upload disini aja biar saya ada temen bosennya, hahaha…selamat menikmati dan selamat bosen….


Senyum jeng, kita dipoto sama masnya lho...



Rapatkan barisan kisanak..!!!


Cool...


Woi, yang itu udah saya incer dari tadi...!!!


Untung masih kebagian kerangkanya, lumayan....

11 comments

Ada Apa dengan Islam

Ya, ada apa dengan Islam. Apakah masih kurang jelas akan akidah dan syariat Islam? Kenapa banyak sekali orang-orang idiot yang mengaku beragama Islam tapi kemudian membuat dan memiliki sebuah konsep sendiri tentang akidah dan dalam menjalankan syariat Islam? Berulangkali muncul orang yang mengaku sebagai nabi(bahkan yang terakhir mengaku sebagai rasul) utusan Allah SWT, yang dalam kemunculannya selalu saja membawa konsep sendiri dalam menjalankan ibadah. Bukankah dalam Al quran sudah dijelaskan bahwa tidak ada dan tidak akan pernah ada lagi nabi dan rasul setelah Muhammad SAW?

Daripada pusing-pusing mbikin konsep ibadah yang baru, bikin kalimat syahadat yang baru, knapa gak menjalankan saja yang udah ada dan udah digariskan? Apakah kurang puas, ataukah kurang percaya? Trus kenapa milih Islam sebagai agamanya kalo begitu?

Entah karena saking idiotnya, ataukah saking pinternya, orang-orang yang mengaku beragama Islam tapi menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad SAW itu. Kalo tujuannya untuk menyempurnakan Islam caranya bukan seperti itu, caranya menyempurnakan ajaran agama Islam yaitu dengan menjalankan semua tuntunan yang sudah ada dengan sebaik-baiknya, masih bingung? Di Al Quran ada semua itu, masih bingung juga? tanya dong...gitu aja kok repot....(Gus Dur said)

Saya cuma pengen kasih saran aja buat orang-orang yang pemikirannya ajaib macam itu, kalo sampeyan bisa ngarang nama yang unik2 buat diri sampeyan sendiri sebagai nama “kenabian” sampeyan, kalo sampeyan bisa bikin cara ibadah menurut sampeyan sendiri, bahkan sampeyan sampai bisa mencetuskan ide cara membaiat umat sampeyan, kenapa sampeyan gak sekalian mikirkan cari nama yang baru buat “agama” yang sampeyan ciptakan itu? Kenapa harus mendompleng nama Islam? Sudah jelas-jelas yang sampeyan lakukan itu menyimpang dari Islam, beda jauh malahan. Islam itu ya Islam saja, gak usah pake embel-embel apapun dibelakangnya, Islam perjuangan misalnya... konyol banget to...

24 October 2007 14 comments

Dipecundangi Alam

Siapa berani menyangkal kalo Amerika adalah negara adikuasa? Siapa juga yang berani membantah julukan-julukan fantastis yang disandangkan ke Amerika ; Negara Super Power lah, Polisi Dunia lah. Semua itu tentu saja ada alasannya. Apalagi kalo bukan karena kemajuan Amerika diberbagai bidang yang berada jauh di atas negara-negara lain di dunia, ditambah lagi karena Amerika seringkali résé dengan urusan dalam negeri negara lain, juga karena Amerika selalu saja pamer kekuatan militernya yang di klaim paling kuat se-dunia. Track record teranyar, Amerika berhasil dalam pamer kekuatan militernya pada dunia internasional dengan mengobok-obok Irak dan mengirim Saddam Hussein ke tiang gantungan. Kabar terakhir menyebutkan, udah disiapkan skenario invasi Amerika ke Iran, naga-naganya giliran Iran nih yang mau dipake Mr Bush buat menjajal kekuatan militernya, good luck mister, you really-really need that...!!!!

Rupanya Tuhan agak jengah juga sama sikap arogan Amerika. California, sebagai pusat industri film terbesar di dunia dan yang paling dibanggakan Amerika, terbakar hebat. Modar sampeyan .... Rupanya sampai saat ini hanya Tuhan dan Al Qaeda saja yang berani mengobrak-abrik Amerika.

Kebakaran yang terjadi tepatnya di California bagian selatan itu menghanguskan sekitar 655 rumah(kabarnya sih termasuk rumahnya para selebritis di wilayah Malibu), 168 tempat usaha hancur, dan ribuan bangunan lain terancam karena terkepung 13 titik kebakaran yang ada, dan 250.000 orang telah dievakuasi(KOMPAS, 24/10). Dikatakan lagi bahwa ini merupakan bencana kebakaran terburuk sepanjang sejarah California. Kasian juga melihat wajah pak Gubernur Arnold Schwarzenegger yang dasarnya udah gak ganteng blas itu semakin terlihat kacau di koran, hehehe...maap ye Nold.

Ya begitulah sodara-sodara, Amerika yang negara adidaya dan adikuasa itu pontang-panting melawan kekuatan alam. Setelah berulangkali mempecundangi negara lain, akhirnya giliran Amerika yang harus dipecundangi oleh alam. Jadi jangan khawatir dengan apa yang akan dilakukan Amerika selanjutnya untuk mengacau negara-negara lain, percayalah pasti akan ada balasan buat yang mendholimi pihak lain.

Tapi bagaimanapun bencinya saya sama Amerika, saya tetep mendoakan semoga tidak bertambah banyak korban jiwa yang jatuh, karena semua nyawa manusia sama harganya. Yang harus dibenci, dihujat, dikritik, dan dicaci dari Amerika adalah pemerintahnya dan setan-setan yang bercokol di Gedung Putih, bukan penduduknya.

23 October 2007 14 comments

The Spirit of Punakawan

Ada dua seri header blog ini yang memuat gambar wayang, yang pertama dulu hanya memuat tokoh semar saja, sedangkan yang ini komplit Punakawan. Mungkin blogger yang bukan berasal dari Jawa nggak mudeng blas tentang dunia pewayangan, apalagi tentang Punakawan yang saya sebutkan tadi. Saya sebenarnya juga bukan penggemar berat wayang, bahkan belum pernah saya menyaksikan pertunjukan wayang kulit hingga selesai. Maklumlah pertunjukan wayang kulit bisa memakan waktu sampai semalam suntuk. Saya ingat banget dulu pas saya kecil, bapak saya sering nyetel pertunjukan wayang kulit yang disiarkan televisi(TVRI, mana lagi???).

Cerita pewayangan secara garis besar menceritakan tentang kisah Bharatayuda atau kisah Ramayana. Dalam kisah Bharatayuda diceritakan bagaimana kebajikan, yang diwakili oleh keluarga Pandawa, melawan kemungkaran, yang dilakoni oleh keluarga Kurawa. Sedangkan kisah Ramayana menceritakan perjuangan sepasang kakak adik, Rama dan Laksmana, yang berjuang untuk merebut kembali hak-haknya yang dirampas.

Mengenai Punakawan, sesungguhnya tokoh-tokoh didalamnya (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) tidaklah ditemui dalam kisah mahabharata asli atau versi mitologi Hindu. Tokoh-tokoh itu dimunculkan hasil dari modifikasi oleh Sunan Kalijaga, yang menyebarkan Islam di Jawa dengan kisah pewayangan sebagai salah satu sarananya. Punakawan terdiri dari empat tokoh dengan berbagai karakter unik di dalamnya seperti: Semar yang selalu menjadi si bijak yang kaya ilmu dan memiliki sumbangsih yang besar pada ndoro-ndoronya lewat petuah-petuah yang disampaikan, meski kadang dengan gaya bercanda. Gareng yang sebenarnya memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa, cerdik dan pandai, namun tidaklah cakap dalam berkata-kata, alhasil Gareng lebih sering menjadi peran dibalik layar dengan ide-idenya yang dijalankan oleh orang lain. Petruk disini memiliki watak sebagai tokoh yang tidak punya kelebihan apa-apa selain banyak omong, ya boleh dibilang karakter Petruk ini berkebalikan dengan karakter si Gareng. Sedangkan si Bagong, dia ini lebih pada bayang-bayang Semar, cerdas dalam menyampaikan kritik-kritik lewat humor yang dilontarkan, mungkin dapat disamakan dengan tokoh abu nawas atau Nasrudin dalam kisah-kisah humor sufi.

Kalau dicermati betul, karakter yang terdapat dalam tokoh-tokoh punakawan tadi mewakili karakter-karakter pemimpin yang ada di Indonesia. Ada Gareng yang sebenarnya cerdas dan pandai tapi tidak pintar dalam bercakap, akhirnya hanya bisa jadi pemimpin temporary, cuma sebentar thok. Ada yang persis Petruk, nggak bisa apa-apa alias oon tapi pintar omong dan berlagak menjadi ratu dengan beking nama besar si Semar bapaknya, sudah bisa dilihat hasilnya seperti apa. Ada juga yang seperti Bagong, pandai, bijak, dan kritis, tapi selalu melontarkannya dalam bentuk humor, hasilnya ya rakyat meragukan kapabilitasnya. Nah, yang kurang tinggal karakter Semar. Bila ada sosok dengan karakter semar ditambah peruntungan sebagai pemimpin(karena tokoh Semar seberapapun bijak dan pandainya dia, namun dia hanyalah seorang abdi dalem, bukan pemimpin), pastilah negeri ini yang aslinya gemah ripah loh jinawi, akan menjadi seperti itu adanya.

Pemunculan Punokawan dalam setiap pertunjukan wayang memiliki beragam fungsi; dapat sebagai pemberi warta, sebagai penasihat dengan kata-kata bijaknya, dapat sebagai badut yang menghibur tanpa tendensi apa-apa, dan dapat pula muncul sebagai kritisi sosial terhadap kejadian yang ada. Seperti itulah saya bermaksud menggiring keberadaan blog ini ditengah-tengah hiruk pikuk dunia per-blog-an. Melalui blog ini saya berkeinginan seperti layaknya pemunculan Punakawan dalam setiap pertunjukan wayang; menghibur, menyampaikan berita, dan kadang juga mengkritisi keadaan sosial. Tampak sepele, namun kadang berat juga melakoninya. Apalagi dengan isi otak dan wawasan yang kurang memadai. Mohon dimaafkan bila belum sepenuhnya bisa menjadi Punakawan di dunia per-blog-an. Paling tidak sekarang saya nyicil masang gambarnya dulu sebagai header, semoga segera tertular spiritnya, hehehe...semangat..!!!!!!!!

20 October 2007 15 comments

Love is priceless

“..gak mungkin kalo kamu sms dari hape jadulmu itu”, itu petikan balasan sms dari kawan saya yang juga salah seorang blogger handal(mbayar Don, wis tak promosike ki kowe). Penyebabnya adalah saya bisa kirim sms berisi tulisan arab pas lebaran kemaren. Itu sms dari hape komunikator bapak saya yang saya forward ke hape saya, ya meskipun di LCD hape saya tampilannya kotak-kotak, tapi pas saya kirim ke beberapa kawan berhasil kebaca juga kok.

Pada postingan terdahulu pernah saya singgung sedikit tentang handphone lawas kesayangan, hape merek nokia dengan tipe 5110, yang bahkan saya belum pernah liat kardusnya seperti apa (apa memang gak ada ya?). Sering banget hape saya ini gak sengaja jatuh, dan ajaibnya gak pernah ada kerusakan parah meski jatuhnya sampe chasing ma keypadnya mencelat kemana-mana. Belum lama ini tiba-tiba lampu hape saya, yang udah saya ganti warna putih itu berkedip-kedip saat keypad dalam posisi aktif, jadi kaya lampu disko gitu deh. Akhirnya saya bawa ke tempat salah satu teman yang gaweannya emang ngutak-atik hape sakit. Dan jreeng...normal lagi deh...senangnya...

Berikut ini ulasan sedikit mengenai “kelebihan” hape saya dibanding hape sampeyan-sampeyan semua.

- Hape saya gak ada memori teleponnya..!!!!! jadi ya phonebook cuma ngandelin dari simcard aja. Kalo misalnya udah penuh terpaksa deh saya replace nama-nama yang udah jarang banget nongol di hape saya dengan nama yang baru, walhasil cukup sering juga ketika nama-nama lawas itu muncul lagi saya gak tau itu nomernya siapa, yah itung-itung ngelatih sabar saat dapet umpatan-umpatan standar...hahaha....

- Inbox cuma kuat nampung 30 sms, itu juga udah temasuk pesan yang tersimpan di outbox, jadi tiap hari mesti rajin-rajin bersihin inbox, it’s not a big deal for me...

- Kalo nulis sms gak bisa lebih dari 160 karakter, alias hanya satu kiriman aja. Ini yang agak merepotkan, kalo lagi marahan ma cewek saya dan butuh banyak mengumbar kata-kata manis jadinya malah konyol karena harus disingkat-singkat gak karuan, misalnya “aku sayang kamu” jadi “ ak syg km”, dimana romantisnya coba?? Untung pacar saya yang hapenya selalu up to date itu bisa ngerti.

- Ukurannya itu lho, ya ukuran hape saya itu menurut saya pas banget...pas buat nimpuk anjing, pas buat ganjal meja, pas juga buat ganti ulekan sambel...hahaha...

- Di hape saya gak ada setting GPRS, Bluetooth, dan koneksi-koneksi semacemnya...jadi potensi kena virus juga nol persen.

- Ringtone hape saya monophonic, so what??? Yang penting ada telpon masuk tau, ada sms masuk kedengeran, itu aja kan fungsi ringtone??

- Hape saya gak ada fasilitas kamera, MP3 player, gak bisa kirim MMS. Trus knapa? Pengen motret saya punya kamera, pengen dengerin musik saya punya alat-alat lainnya, pengen kirim2 gambar saya bisa kirim lewat email, jadi ya bukan masalah menurut saya.

- Hape saya penunjang karakter. Ya begitulah, menurut saya hape saya ini pas banget ma karakter saya, yang jelas-jelas jauh banget dari kesan kalem, anak manis, penurut, dll...Saya selalu merasa keren (mode “siap-siap muntah” is on) dan PD banget kalo pas pake kaos oblong, jeans, sepatu kets, dan yang wajib harus ada adalah hape lawas saya ini nyantol di pinggang, wuih brad pitt lewat, apalagi dude herlino....tapi malangnya sampe saat ini blom ada yang bilang saya keren, hahahaha....

- Kelebihan yang lain adalah copet harus mikir dua kali saat mo ngembat hape saya, resiko gak sebanding ma hasilnya mungkin.

Itulah beberapa “kelebihan” hape saya dibanding punya sampeyan-sampeyan semua. Kenapa saya sebut kelebihan, karena kelebihan ataupun kekurangan itu sangatlah relatif. Sebuah kekurangan bisa menjadi sebuah kelebihan tergantung bagaimana kita menyikapinya. Saya udah kebal banget saat dibilang hape saya mirip punya Patih Gadjahmada, atau ejekan-ejekan sejenis yang intinya ngatain hape saya ketinggalan jaman dan nggak keren, nggak ngaruh banget deh pokoknya.....

Dan satu lagi, saya cinta mati sama hape saya ini. Siapapun yang masih waras pasti setuju bahwa cinta itu tidak dapat dihargai dengan apapun juga.

14 October 2007 10 comments

HUKUMAN MATI

Tiga terpidana mati kasus bom Bali I ; Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas alias Ali Gufron menyatakan tidak akan mengajukan grasi (Antara News 13/10/07). Apa artinya? Artinya ya mereka tinggal ngitung hari aja nunggu hukuman mati dijalankan. Bagaimana sikap sodara-sodara sekalian dengan hukuman yang satu ini. Mati lho sodara-sodara, gak main-main ini... mati itu artinya nyawa pisah sama badan kita, artinya ya setelah proses mati itu tadi terjadi, kita hanya akan menjadi seonggok bangkai yang tidak berguna. Jangan bandingkan dengan Stalin, pakdhe gokil yang satu itu meski udah koit jasadnya langsung di balsem/dimumikan dan di pajang di museum, bisa datengin duit buat mantan negara yang diinjak2nya itu. Lha kalo kita, saya, sampeyan? Cuma wong biasa, apa iya kita juga mau minta dibalsem dan dimumikan? Buat apa? Jangan becanda ah....cukup para politikus aja yang suka becanda, blogger jangan....

Indonesia memang masih menerapkan hukuman mati, dan cara yang dipakai di Indonesia dalam mengantar para pesakitan ini menemui malaikat maut adalah dengan ditembak. Sadisss....lha kalo nembaknya meleset gimana, apa gak malah cuma jadi tetanus aja tu??hahaha....

Sekedar untuk catatan aja, sejak 1978-2004 Indonesia sudah mengeksekusi 38 terpidana mati dengan berbagai kasus. Saya kok berpendapat, sekali lagi ini cuma pendapat saya lho, Indonesia belum pas kalo menerapkan hukuman mati dalam kasus-kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Lha sampeyan semua yang orang terdidik dan terpelajar, atau minimal melek internet lah, pasti pada mahfum kalo hukum yang ada di Indonesia itu kacau, ruwet, aneh, lucu bin njelehi. Lha piye to? Hukuman maling sepeda motor yang paling banter cuma dapet 5 juta dari “kerja keras”nya itu hampir sama dengan hukuman koruptor yang bisa dapet ratusan juta dari aksinya, apa gak namanya njelehi bin gokil itu??? Maling ayam aja bisa digebukin rame-rame sampe modar, lha kok maling duit negara bisa melenggang kangkung...

Belom lagi bandar-bandar narkoba yang kadang mendapat hukuman yang tidak sesuai dengan akibat yang mereka timbulkan di masyarakat. Hukum macam mana ini yang kita anut????

Tapi yo wes lah...masalah Undang-Undang, masalah Hukum, itu kan urusannya orang-orang atas sana, semoga yang tidak menerima keadilan di dunia ini akan menerima keadilan yang seadil-adilnya di akherat nanti.

Kembali lagi ke masalah hukuman mati tadi, saya salut sama negara tetangga, bukan...bukan si Malingasia, tapi Singapura. Ya, Singapura juga masih menerapkan hukuman mati. Tapi setidaknya hukuman mati disana agak lebih “manusiawi” yaitu dengan cara digantung. Alasan yang dikemukakan pemerintah sono juga masuk akal. Dengan menjalankan hukuman mati pake cara digantung, maka akan banyak organ tubuh bagian dalam yang bisa terselamatkan. Organ-organ tubuh tadi bisa di donorkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Cukup masuk akal kan...

Singapura termasuk negara yang sangat pede dalam melaksanakan hukuman mati. Amnesti International pada tahun 2004 melaporkan, sejak 1991 sampai dengan laporan itu dibuat, tercatat sudah 420 orang yang digantung di negeri yang hanya berpenduduk 4,2 juta jiwa ini. Kebanyakan dari mereka yang digantung terkait kasus obat bius (sumber dari Intisari). Singapura memang ketat dalam hal pelaksanaan hukumnya, siapaun yang berusia di atas 18 tahun dan kedapatan membawa narkoba diatas 15 gram, bakal diancam hukuman mati. Bandingkan dengan kasus Zarima di Indonesia dan kasus-kasus narkoba lainnya, pasti melet-melet sampeyan dibuatnya...

Bagaimana kita seharusnya menyikapi hukuman mati ini. Adakah hukuman lain yang lebih manusiawi sebagai penggantinya yang tanpa melibatkan nyawa tentunya?

10 October 2007 6 comments
HANGATURAKEN SUGENG RIYADI
NYUWUN AGENGING SAMUDRO PANGAKSAMI


Kupat duduhe santen, menawi lepat nyuwun pangapunten

Doro mangan pari, mumpung bodo mohon di sori

9 comments

Semoga Tuhan Baca Blog Ini

Postingan kali ini terinspirasi dari obrolan di sebuah tempat ngopi bareng seorang kawan. Semua agama di dunia ini saya yakin pasti ada tuntunannya dalam hal beribadah. Semua memiliki bentuknya sendiri-sendiri. Karena saya seorang muslim, maka banyak sekali tuntunan ibadah yang harus saya kerjakan. Semua terangkum dalam rukun Islam yang ada 5 buah ; mengucap kalimat syahadat, mengerjakan sholat, menjalankan puasa di bulan ramadhan, menunaikan zakat,dan pergi ke tanah suci untuk berhaji bagi yang mampu.

Saya tergugah dengan lagunya Chrisye(alm) yang berduet dengan mas Dhani yang berjudul “Jika Surga dan Neraka”. Ada syair disitu yang mengelitik saya : “Apakah kita semua, benar2 tulus menyembah pada-Nya, atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan menginginkan surga”.

Semua agama tentu saja punya konsep tentang surga dan neraka, tentang tempat yang enak dan tempat yang tidak enak yang dijanjikan pada setiap umat beragama setelah dia mati nanti.

Kembali ke Syair lagu tadi, disitu sungguh sangat tersirat mengenai motivasi kita beribadah. Apakah tujuan kita sebenarnya beribadah? Apakah kita beribadah memang benar-benar karena kita adalah umat yang baik dan tulus menyembah pada pencipta kita? Ataukah kita punya motivasi lain? Ya, motivasi untuk masuk surga dan menghindari neraka. Kalo kita hanya mengejar Surga dan menjauhi neraka, berarti bisa saja dong ibadah kita sama sekali ngak tulus. Itu bahkan saya analogikan dengan seorang bawahan yang menjilat atasannya demi sebuah kedudukan yang nyaman. Apapun cara dilakukan untuk menyenangkan sang atasan, walau saya berani jamin bahwa itu semua sama sekali nggak tulus.

Lha kalo saya, selama ini saya mengerjakan sholat, saya berpuasa, itu semata karena menjalankan kewajiban. Jarang sekali saya memikirkan Surga yang dijanjikan, atau neraka yang diancamkan. Saya sadar banget bahwa untuk meraih surga tidaklah mudah, banyak banget yang harus dikerjakan dan harus dihindari. Kalo sekedar mengerjakan yang harus dikerjakan sih mudah, tapi menghindari yang harus dihindari tadi yang sulit be’eng, apalagi diterapkan pada kehidupan jaman sekarang. Sekedar sholat, sekedar puasa saja tidak lantas menjamin akan masuk surga tanpa merasakan jilatan api neraka dulu.

Dalam agama yang saya peluk, sangat mudah dan banyak sekali jalan bagi seseorang untuk mencicipi neraka. Banyak hal yang dijadikan larangan dan sebaiknya di jauhi demi terhindar dari api neraka. Itu yang bikin saya sempat desperate. Kehidupan saya selama ini dekat sekali, atau bahkan selalu bersinggungan dengan hal-hal yang harus dihindarkan tadi. Saya jadi mikir bahwa seseorang yang hidup di jaman sekarang sangat tidak mungkin untuk tidak mengecap dosa, sedangkan ibadah yang dilakukan belum tentu juga dianggep oleh Gusti Alloh.

Ini contoh gampangnya : dikampus saya banyak banget cewek-cewek sexy. Bahkan mendekati sempurna fisik (mungkin Tuhan lagi punya sense of art yang bagus pas nyiptain tu cewek-cewek). Lha melihat pemandangan seperti itu dalam Agama saya sudah dikategorikan sebagai zina mata dan sebisa mungkin harus dihindari. Trus kadang liat cewek sexy pikiran juga jadi kemana-mana, dalam agama saya, lagi-lagi, itu dikategorikan dalam zina pikiran (dan tentu saja masih banyak dosa-dosa yang lain selain zina). Dalam sekali action saja udah dua dosa yang terambil, itu belum diitung berapa kali terjadi dalam selang waktu sholat yang 5 kali sehari itu, sedangkan dalam sholat (ibadah wajib), bisa dihitung dengan jari berapa kali saya bisa benar-benar khusyuk (konsentrasi penuh gitu lah). Tuhan saya hanya menerima sholat yang benar-benar sempurna, itu juga macem-macem syaratnya. Bisa dibayangkan betapa desperatenya saya?? Tapi saya desperate bukan trus saya meninggalkan semua kewajiban saya, saya tetep menjalankan kewajiban saya, semampu yang saya bisa. Namun saya kadang mengesampingkan dulu mengenai meraih surga. Saya cuma manusia biasa, yang kata Ustad Jefri, manusia itu dimata Tuhan hanya ibarat sebutir pasir di tengah padang gurun, gak ada artinya apa-apa. Bagaimana saya berani sombong untuk bisa beroptimis ria saya akan meraih surga.

Maafkan hambamu ini ya Allah, semoga Engkau masih mau mendengar doa dari mulut hambamu yang telah kotor dengan dosa ini. Kalaupun engkau tidak mau mengabulkan, didengar saja sudah cukup bagi saya. Aminnn.......

04 October 2007 18 comments

Me in 8

Anjrott…setelah mengutuk pesan-pesan berantai macem ini, kok akhirnya saya kebagian juga. Antara bimbang dan ragu, apakah akan saya kerjakan amanat ini atau saya biarin aja. Kira-kira apa yang dirasain si pemberi tugas kalo saya diemin aja amanatnya, apalagi pemberi amanat ini adalah salah satu blogger paporit saya…

Akhirnya hati kecil saya mengatakan “ Ayo Joell kerjakan aja, itu kan tandanya blog sampahmu ini udah diakui keberadaannya di dunia perblog-an (mode GR is on)”. Atas dasar itulah maka saya tuliskan disini 8 hal mengenai saya dan kebiasaan-kebiasaan saya

  1. Bathroom singer

Saya suka banget nyanyi-nyanyi dikamar mandi, walau kadang lagu gak jelas sekalipun(genjer-genjer misalnya). Kalo lagi semangat pake tereak2 juga...

  1. Ngerokok

Sebuah kebiasaan yang saya akan sangat ikhlas sekali kalo ada yang bisa membantu menghentikannya. Banyak yang protes dengan kebiasaan saya yang satu ini.


  1. Mati gaya di depan lensa

Mungkin salah satu alasan saya jadi fotografer adalah ini. Benar sodara-sodara sekalian, saya sering mati gaya kalo didepan lensa. Sudah jelas kan saya gak mungkin jadi seorang fotomodel..??!! Saya paling males difoto. Saya lebih menikmati saat memotret orang daripada dipotret sendiri. Hasil foto diri saya pasti sangat tidak memuaskan menurut saya sendiri, benar2 gak fotogenic sama sekali. Ah susah jadi orang gak cakep.... Dude Herlino SUCK!!!!!


  1. Suka lihat cewek pake rok

Sumpah bukan bermaksud pengen ngintip ato apa, tapi menurut saya cewek yang pake rok itu cewek banget, feminin gitu lah...


  1. Hape lawasku tersayang

Gonta-ganti HP akhirnya kepentok ma yang satu ini. HP nokia lawas (5110) yang saya cinta banget. Dulu saya belinya batangan dan haru

s pesen dulu ma temen saya yang punya konter HP. Ponakan saya pernah ngomentari HP saya ini, dia bilang gini, “Om hape rusak kok dipake sih?”, saya kan bingung dibilangin kaya gitu, trus saya nanya ke dia, “rusak apanya, wong masih bagus kaya gini kok..”, eh ponakan saya yang masih 5 tahun itu bilang, “ Lha itu gak ada warnanya..”, gubrak....!!!! sialan tu bocah..kalo gak ponakan sendiri udah tak jitak.


  1. Males ganti kaos kaki

Kaos kaki milik saya harus sampe berubah warna, bau, dan rasa dulu baru saya kepikiran untuk menggantinya, itu juga paling cepet seminggu setelah gejala-gejala tadi muncul, hahaha....

  1. Kaos item

Yap benar banget. Saya suka sekali pake kaos oblong item. 70 persen isi lemari pakaian saya adalah kaos oblong, dan sebagian besar diantaranya berwarna item.

  1. I love my converse

Saya cinta mati ma sepatu saya yang ini. Udah lupa kapan tepatnya saya beli, tapi kira-kira menemani langkahku udah sekitar 5 tahunan lebih. Biar udah sobek-sobek tapi kadang masih saya pake juga. Pokoknya udah ngesoul banget deh. Orang jawa bilang kadung tresno.


Kira-kira itu 8 hal diantara beribu fakta tentang diri saya yang bukan siapa-siapa ini. Gak penting banget memang....with all my respect, saya gak akan meneruskan tugas bikin posting yang macem ginian ke blogger lain. Thanks for coming and reading, peace yo...(udah kayak negro bronx blom??hehehe)

01 October 2007 17 comments

AISYAH oh AISYAH...

Saat ini saya lagi sakaw posting. Pengen banget bikin posting baru tapi blom nemuin ide yang menarik. Kasian juga para pengunjung blog murahan ini kalo tiap kali mampir melirik blog ini kecewa karena belom ada yang baru, kecewa??? Hmmm...are you sure Joell??

Untuk kali ini saya mo berbagi cerita aja ma sodara-sodara sekalian, mo dibaca sukur, gak ya gak masalah. Udah 2 malem ini saya (gak taraweh) menyempatkan diri nonton produk murahan pertelevisian Indonesia, yup..apalagi kalo bukan sinetron. Dan yang jadi korban keisengan nonton saya yaitu sebuah sinetron religi(???) yang lagi ngetop di sebuah TV swasta berlogo rajawali biru, AISYAH. Katanya sih sinetron religi, benarkah demikian? Menurut saya kok tidak. Unsur religi dalam sinetron itu cuma diwakili dengan tokoh Allysa Subandono yang pake jilbab, dan bertutur kata halus..apakah yang demikian sudah bisa mewakili kategori religius?

Mengenai sinetron AISYAH tadi, saya sempet nanya ma mbak sepupu saya yang kebetulan nginep dirumah mengenai jalan ceritanya, kok bisa begini, kok bisa begitu..akhirnya dengan sedikit penjelasan mudeng juga saya ama ceritanya. Bukannya jadi bisa menikmati itu sinetron, tapi saya malah jadi punya banyak bahan buat menertawakan produk kacangan itu. Bagaimana tidak, disitu ada seorang tokoh anak kecil, kalo gak salah namanya Mutia, yang dari dialognya lebih pantes kalo dialog itu buat orang dewasa. Gak pas banget menurut saya. Trus mengenai jalan ceritanya, bagaimana mungkin seseorang yang kaya raya punya inisiatif untuk mengalihkan hartanya pada sopir pribadinya, hanya demi menghindari eksekusi sita dari pihak bank. Bagaimana mungkin (lagi) seorang pembantu bisa mengusir anak-anak majikan dari rumahnya sendiri tanpa ada perlawanan berarti. Bagaimana mungkin (lagi) anak2 yang cantik2 itu bisa hidup mengelandang di kota sama tanpa ketahuan sanak familli, knapa gak ngaduin nasib mereka ke om-nya mungkin, bude-nya maybe...Gak mungkin banget kan sodara-sodara sekalian??? Goblok banget ya yang bikin cerita.

Ada lagi yang bikin males banget mengapresiasi persinetronan kita, banyaknya adegan kekerasan yang di blow up. Pada malem kedua saya nonton AISYAH itu saja , saya menemukan lebih dari 2 kali adegan kekerasan (jambak-jambakan dan lain2). Dalam masyarakat, adegan-adegan seperti itu akan menjadi sangat biasa dan mendapat sebuah pemakluman, karena tiap hari mereka disuguhi hal-hal sampah macem itu di televisi.

Itulah makanya saya sangat menganjurkan kepada para sineas persinetronan Indonesia, mbok sampeyan-sampeyan itu bikin cerita yang bermutu, yang kalo orang jawa bilang bisa tinemu nalar. Menurut saya, yang bikin sinetron murahan macem itu banyak yang menunggu-nunggu, tidak lain dan tidak bukan adalah unsur psikologisnya. Unsur psikologis gimana Joell? Unsur psikologis motong adegan pas selesai satu episode itu lho, pasti sangat ngambang dan bertele-tele, dan bikin orang-orang jadi penasaran banget gimana terusannya. Tapi kok saya tidak ngaruh ya?? Ah dasar mungkin psikologis saya memang udah terganggu.

O iya satu lagi, saya bosen banget liat tampang si DUDE HERLINO di televisi. Emang Indonesia kekurangan artis cowok ya???!!!!

Berikut alur cerita sinetron AISYAH, yang saya comot dari website resmi sinemart : Aisyah adalah anak dari pengusaha sukses bernama Irvan (Drg. Fadly). la merniliki seorang kakak, Tania (Asmirandah) yang berperangai buruk, angkuh sombong dan senang hidup berfoya-foya. Aisyah sendiri awalnya tidak baik-baik amat. Meski sederhana, Aisyah rnanja karena terlena dengan kekayaan yang dimiliki ayahnya. Tak jauh berbeda dengan adik Aisyah, Bima (Ade Surya Akbar) dan Mutia (Cut Syifa).

Suatu hari petaka datang. Karena kecelakaan lalu-lintas, Irvan terlempar dari mobil dan hanyut terbawa arus sungai. Jasad Irvan tidak ditemukan, sehingga semua orang menganggap Irvan telah tewas. Hanya Aisyah yang yakin ayabnya masih hidup.

Sejak itu, kehidupan keluarga Irvan berubah drastis. Anehnya, semua harta Irvan jatuh ke supir kepercayaannya, Mardi (Anwar Fuady), Gara-garanya, sebelum meninggal, Irvan telah mengalihkan hak milik ke Mardi, guna menghindari upaya sita dari bank.

Anwar yang beristri Hesti (Devi Permatasari) dan beranak Rini (Raya Kohandi) kaya mendadak. Dunia seperti terbalik, karena Rini yang sebelumnya hanya anak supir menaruh dendam terhadap putra-putri majikannya. Dengan siasatnya, Rini dan Hesti berhasil mendepak anak-anak Irvan dari rumahnya. Jadilah Aisyah dan saudaranya yang pernah jadi anak orang kaya belajar hidup susah. Di antara mereka, hanya Aisyah lah yang bisa menerima kenyataan ini. Aisyah pula yang harus mengurus adiknya yang sakit-sakitan. Aisyah rela bekerja apa saja asalkan halal.

Dalam kehidupan Aisyah yang berubah drastis, muncul peran Nabil dan Hans (Rio Reifan) yang mencintai Aisyah. Hubungan Aisyah dan Nabil sebetulnya tidak direstui keluarga, tapi tanpa sepengetahuan orang tuanya mereka kerap berhubungan.”



Gambar mbak Allysa Subandono saya colong dari sini
 
;