27 August 2008 54 comments

Fatwa On Demand

Ngeblog jadi haram di Indonesia? Mungkin saja suatu saat hal itu terjadi. MUI sebagai satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang mengeluarkan fatwa, ternyata bisa mengeluarkan sebuah fatwa berdasarkan permintaan. Hal itu meluncur dari mulut KH. A Cholil Ridwan, seorang ulama dari MUI. Sebuah dialog yang ditayangkan di salah satu televisi swasta menghadirkan ulama tersebut dalam kaitannya dengan fatwa haram merokok yang lagi rame diperdebatkan akhir-akhir ini. Menurut beliau, yang membuat MUI akan mengeluarkan fatwa haram rokok adalah karena adanya permintaan untuk itu kepad Majelis yang terhormat itu, salah satunya dari Seto Mulyadi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia.

Haram itu memiliki konsekuensi yang berat, yaitu dosa kalo dilakukan. Nah ini sudah merupakan tindakan eksekusi yang menyangkut akherat, sudah bukan urusan duniawi lagi. Bukankah yang paling berhak menjatuhkan eksekusi soal akherat itu adalah Allah SWT sendiri dan Nabi Muhammad SAW satu-satunya yang diberi legitimasi. Saya lebih manut kalo emang di Al-quran atau hadist secara terang-terangan disebutkan bahwa merokok itu haram hukumnya. Jadi saya lebih setuju dengan pendapat ustadz Arif Sentosa dari ADAAPI, ini terlepas dari saya yang juga perokok lho, bahwa salah kalo MUI melabelkan haram pada rokok. Ya memang salah kaprah kalo untuk melindungi generasi muda dari bahaya merokok terus mengadu ke MUI, ada jalan lain yang saya rasa lebih logis buat dilakukan tanpa melibatkan urusan akherat. Menaikkan harga rokok sampe gak terjangkau buat para remaja itu misalnya, atau menegakkan peraturan tentang dilarangnya merokok disembarang tempat, juga dengan menyerahkan tanggung jawab pada para orang tua agar memberi pengertian dan melakukan controlling pada anak-anak remaja mereka.

Kalo memang sekiranya MUI tetep ngeyel memiliki kewenangan yang begitu besar dan krusial seperti itu, knapa hal tersebut tidak ditujukan buat memperbaiki kondisi bangsa ini saja. Misalnya, kemacetan yang begitu parahnya di Jakarta dapat di antisipasi dengan mengeluarkan fatwa haram bagi penduduk Jakarta dan sekitarnya yang berpenghasilan di bawah 100 juta perbulan untuk membeli mobil. Atau fatwa haram bagi anggota-anggota DPR untuk menerima uang diluar gaji resmi mereka, itu kayaknya lebih penting dari sekedar mengurusi rokok.

Kembali ke soal fatwa on demand tadi, segitu mudahnya fatwa haram keluar dari MUI yang hanya bisa berdasarkan permintaan, apakah itu tidak mengkhawatirkan sodara-sodara? Bukan tidak mustahil kalo suatu saat ada pihak-pihak yang tidak menyukai aktifitas blogging, terus mengadukan hal tersebut ke MUI agar dikeluarkan fatwa haram ngeblog, bisa-bisa login ke account blog kita nanti udah menambah beban dosa yang harus kita tanggung, walah...amit-amit jabang bayik deh.....
25 August 2008 40 comments

Don’t worry, I still follow kok….


Dunia blogosphere berkembang dengan pesatnya. Saya masih inget banget beberapa blogger yang dulu pas awal-awal saya ngeblog masih tampil dengan cupu, sekarang berubah drastis menjadi blogger keren yang tiap postingnya selalu disesaki dengan puluhan komen. Dulu dalam meraih komen di postingan kita, yang harus dilakukan adalah dengan membuat postingan kita semenarik mungkin bagi blogger lain, sehingga blogger-blogger yang berkunjung akan dengan senang hati dan sukarela meninggalkan komen di postingan kita. Nah persoalan inilah yang akhir-akhir ini mengganggu pikiran saya sampe membuat saya susah tidur, hayaah…

Ya betul sodara-sodara, saya menemukan sebuah gerakan yang berjudul “U COMMENT I FOLLOW”, entah apa maksud gerakan itu sebenernya, tapi yang saya cermati adalah ada sebagian blogger yang mengartikan gerakan tersebut dengan enggan meninggalkan komen di postingan orang lain sebelum yang bersangkutan menerima komen pada postingannya terlebih dahulu. Walah, kok gitu ya…kesannya gimanaaa gitu. Saya udah ngubek-ubek google buat nyari info tentang gerakan itu, tapi saya masih saja belum menemukan maksud sebenernya dengan gerakan tersebut. Memang dengan saling bertukar komen kita bisa mendongkrak pagerank yang merupakan hal krusial kalo kita mau maen monetize blog, tapi mungkin saya kurang sreg aja sama gerakan U comment I follow itu.

Nggak tau kalo sampeyan, tapi buat saya pribadi, saya akan dengan senang hati dan sukarela meninggalkan komen di postingan orang lain kalo saya memang benar-benar tertarik dengan topik yang diangkat, kalo misalnya gak tertarik dengan postingannya ya minimal saya meninggalkan jejak di SB blog yang bersangkutan, itu cara saya menyambung silaturrahmi dengan blogger-blogger lain, dan saya rasa itu juga cukup efektif kok. Jadi mohon jangan tersinggung sodara-sodara blogger sekalian yang sudah susah-susah meninggalkan komen di postingan saya, tapi saya tidak membalas dengan berkomen ditempat sampeyan, bukan berarti saya sombong lho, tapi itu semua demi sampeyan juga kok, daripada saya ngasih komen asal-asalan… hehehehe…

Selama ini saya berusaha ngasih komen yang “benar-benar komen” bagi sampeyan blogger semua, tapi bukan berarti saya gak pernah sekalipun ngasih komen asal-asalan, biasanya saya ngasih komen yang buat lucu-lucuan hanya sebatas pada kawan blogger yang sudah akrab, kalo yang belum akrab takutnya tersinggung, hehehe…..

Nah ini buat lucu-lucuan juga saya bikin logo yang mengcounter gerakan “u comment I follow”, saya bikinnya “u not comment I still follow”, huahahahaha… ya maksud saya meski sampeyan gak meninggalkan komen di postingan saya, hal tersebut gak menutup kemungkinan buat saya ngasih komen di postingan sampeyan, kalo gak tertarik ngasih komen ya monggo sampeyan cukup tinggalkan jejak di SB saya aja. Buat saya, dikunjungi oleh sampeyan blogger-blogger terhormat sekalian adalah hal yang tidak ternilai harganya.

Dengan terbikinnya guneman ini bukan berarti saya njothaki blogger yang menganut aliran u comment I follow itu lho, feel free aja deh… wong blog itu ibaratnya rumah, jadi ya monggo aja mau dibikin kayak gimana rumah-rumah sampeyan itu. Mari kita nguri-uri keharmonisan dunia blogosphere ini. Salam hangat bagi sampeyan semua, mmuuaacchhh…yieksss!!!!!

Award lagi...


Makasih buat bang Dhika yang sudah menganggap saya great buddy untuknya. Selalu menyenangkan menjadi kawan yang baik bagi orang lain. Semoga persahabatan antar blogger menjadi semakin harmonis. Buat bang Dhika, selalu menyenangkan bisa chatting ma sampeyan, sangat inspiratif sekali, tapi bukan yang menyangkut angka 3 itu lho Bang...hehehehe...
19 August 2008 39 comments

Kampret-kampret Berdasi

Take Home Pay: Rp. 45 juta
Dana kunjungan ke konstituen: Rp. 2 juta per bulan
Uang reses 4 kali setahun: Rp. 31,5 juta per sekali reses


Monggo sampeyan silahken ngeces-ngeces membayangkan punya kerjaan dengan bayaran segitu.Ya itulah kalkulasi perhitungan duit yang diterima para orang-orang terpilih yang duduk di kursi empuk di gedung DPR sana. Tentu saja masih ada potongan-potongan yang harus mengurangi jatah mereka itu, tapi menurut kesaksian anggota DPR yang saya baca di koran kemaren, ya kira-kira masih bisa bawa pulang bersih sekitar 20-25 juta per bulannya. Dan kesaksian lain juga menyebutkan kalo masih ada amplop-amplop tidak resmi lain yang sering menyambangi kantong para wakil rakyat yang terhormat itu, tidak banyak sih “cuma” rata-rata 3 jutaan per amplop…kampreeettt…
Untuk biaya hidup di Indonesia saya rasa dengan uang segitu sudah dapat hidup layak, sangat layak malah.

Saya maklum banget kalo anggota DPR itu juga manusia biasa, yang artinya mereka masih diliputi oleh napsu untuk selalu ingin mendapatkan yang lebih. Tapi kenapa kok ya tidak melakukannya dengan cara yang benar dan berkah gitu lho, misalnya saja dari gajinya yang kiloan itu di investasikan mbikin rumah makan, atau usaha apa kek, bukan dengan korupsi dan manipulasi duit negara gitu. Meskipun hanya sebagian kecil saja oknum anggota DPR yang berbuat nista (sebagian kecil yang ketangkep KPK maksudnya, laennya antri ya pak, bu…), tapi setidaknya perbuatan para oknum tersebut sudah menodai “korps orang-orang terpilih”, dan yang jelas juga menodai perasaan rakyat yang sudah menaruh harapan besar pada para wakilnya itu.

Jangan salahkan saya kalo sekarang hanya KPK saja lembaga yang saya percayai di negara ini. Di pundak mereka saya menaruh harapan besar akan perbaikan negeri ini. Yuk mari kita bantu mewujudkan Indonesia yang bebas dari praktek-praktek korupsi, gak usah muluk-muluk mbayangken ikut meringkus para koruptor itu, setidaknya mari kita mulai dari diri sendiri untuk tidak mengakrabi praktek korupsi apapun bentuknya.

* ilustrasi gambar nyomot dari sini.
16 August 2008 16 comments

Panasnya Tenda Kehormatan

Penataan tempat pada upacara peringatan HUT Proklamasi RI di Istana Negara rupanya menjadi hal yang menyiksa bagi sebagian tamu undangan. Tenda kehormatan yang langsung berhadapan dengan matahari nampaknya menjadi siksaan tersendiri bagi para tamu terhormat tersebut. Setidaknya hal itu dirasakan oleh Puan Maharani yang putrinya Megawati. Dia bercerita tentang bagaimana tersiksanya karena kepanasan dan melelahkannya duduk di tenda kehormatan yang tidak semua orang bisa berada disana itu. Hal tersebut terungkap pada acara bincang-bincang yang ditayangkan di salah satu stasiun swasta nasional

Sungguh ironis sekali, sementara beratus-ratus masyarakat mendatangi Istana Negara hanya sekedar untuk mengikuti langsung upacara HUT Proklamasi meski hanya bisa dari balik pagar (kok jadi inget iklan rokok bikinan salah satu blogger handal itu ya), dan beliau yang dibilang terhormat dan duduk di bawah naungan tenda kehormatan dengan segala fasilitasnya masih mengeluh karena kepanasan.
Mungkin begitulah jadinya kalo terpaksa jadi nasionalis karena nama besar keluarga. Itu cuma disuruh upacara aja lho, masih dibawah tenda kehormatan pula, ya agak kebangetan banget kalo sampeyan-sampeyan yang terhormat mempersoalkan panasnya terik matahari yang langsung menerpa kulit-kulit mulus yang berbiaya perawatan mahal sampeyan itu.

Ya begitulah sikap orang-orang yang menyandang predikat terhormat, kadang mereka membuat sebuah blunder yang menodai “kehormatan” mereka sendiri dan menyakiti hati orang-orang biasa yang “kehormatannya” tidak begitu diakui.
11 August 2008 27 comments

HAMPIR PUNAH #2

Bangun tidur tadi pagi, ketika nyawa belom ngumpul sepenuhnya, tidak sengaja tangan nyenggol remote TV, ya udah saya nyalakan aja dan kebetulan lagi acara berita pagi. Bukan beritanya yang menarik perhatian saya, tapi running text yang menyertai acara tersebut yang menggugah kesadaran saya sepenuhnya. Di tulisan berjalan yang cuma beberapa detik lewat itu tertulis “ 168 bahasa daerah di Indonesia terancam punah”, persis seperti itu tulisannya. Jreeng...seketika saya inget pernah bikin guneman tentang budaya yang hampir punah juga, monggo dicek lagi kalo sampeyan ndak percaya saya pernah posting itu, hehehehe....Dan itu juga jadi penjelasan kenapa judul guneman kali ini pake nomer 2 segala.

Kembali ke pokok permasalahan, bahasa daerah yang hampir punah. Saya maklum banget kalo pasangan-pasangan muda sekarang lebih suka mengajarkan anak mereka bahasa indonesia untuk bahasa sehari-hari, meski mereka tinggalnya di wates misalnya. Wates adalah daerah asal saya, yang merupakan salah satu kota kecil di propinsi DIY. Bahasa daerah dianggap mewakili hal-hal yang kuno, udik, kampungan dll. Sementara bahasa Indonesia(apalagi yang pake gue,elu) dianggap mewakili modernitas, metropolis, keren, dll.

Ini juga salah satu pengalaman pribadi saya, beberapa malam yang lalu saya ketemu calon klien motret saya, pas ngobrol saya pake bahasa jawa halus, tiba-tiba dia bilang mbok pake bahasa Indonesia aja, karena dia nggak gitu mudeng katanya. Akhirnya saya pake bahasa Indonesia juga selama perbincangan itu. Badalah...saya agak-agak terkejut juga pas saya tanya dia aslinya mana kok ternyata dia asli wong Solo, woalahhh gembuss tenan..

Indonesia sudah dikenal dunia dengan segala keunikannya yang memiliki beragam budaya. Tapi rupanya masyarakat Indonesia sendiri tidak peduli dan tidak bangga dengan keunikan yang membuat bangsa mereka itu terkenal seantero jagat. Lha terus piye ya kalo begini terus...Apa kita tidak eman-eman kalo bahasa-bahasa daerah yang menambah keeksotisan Indonesia itu punah tergerus perkembangan jaman? Mari kita lihat Jepang, yang notabene sudah dikenal dunia sebagai negara yang maju. Meski sebagai negara yang maju, tapi mereka tidak kemaki dan melupakan begitu saja budaya asli negaranya itu.

Sementara ini yang bisa dilakukan pemerintah hanyalah menyisipkan pelajaran bahasa daerah di kurikulum pendidikan nasional, itupun hanya 2 jam perminggu. Apa yang bisa didapat dari dua jam pelajaran di kelas itu sodara-sodara?

Nah sebagai blogger, apa yang kita bisa lakukan buat negara ini selain, tentusaja, menjadi pihak-pihak oposisi yang selalu mengkritik pemerintah,hehehehe.... Mari kita berusaha semampu kita buat turut berperan serta menjaga kebudayaan-kebudayaan lokal daerah kita. Semoga nanti tidak terpublish guneman pada blog ini yang berjudul “Akhirnya Punah Juga”.

19 comments

GUNEMANKU goes to monetize

Setelah sekian lama blog abal-abal ini menunaikan tugasnya menjadi media penyaluran pemikiran abal-abal saya, saya mulai berpikir untuk memaksa blog ini berbuat lebih untuk hidup saya. Yup betul sodara-sodara, akhirnya saya nyemplung juga ke review blog. Berawal dari iseng-iseng ndaptarin blog ini, eh kok tawaran ngreview mulai menghampiri. Beberapa kali saya tolak kok masih gak kapok juga ngasih penawaran, ya akhirnya saya putuskan buat mengerjakan satu dulu. Kalo memang terbukti bisa menambah penghasilan saya ya mungkin selanjutnya akan saya garap terus setiap penawaran yang masuk.

Jadi mungkin ke depannya postingan di blog ini akan selang-seling antara posting review dengan posting asli abal-abal saya. Mohon dimaklumi sodara-sodara sekalian. Keputusan ini saya ambil dengan segala konsekuensinya, seperti jadi enggannya sampeyan semua mampir kesini, dan lain sebagainya. Ah, semua ada resikonya, hidup cuma sekali jadi knapa harus takut untuk mengambil sebuah resiko? Hehehehe…salam hangat selalu….

06 August 2008 32 comments

Award

Bebrapa waktu yang lalu saya dapet pesen di SB dari seorang blogger kawakan yang udah saling bertukar komen dan SB sejak dulu awal-awal ngeblog. Dia bilang ada oleh-oleh buat saya di blognya, setelah saya intip ternyata saya ketiban pulung award dari beliau. Setelah beberapa waktu saya celingak-celinguk dari blog ke blog baru nyadar kok ternyata award semacam itu pada dipasang/diposting. Walah saya malah gak tau, ya sekarang akhirnya saya posting juga award tersebut. Selain buat menghormati om Eagle, award tersebut semakin meyakinkan saya kalo blog saya ini laku juga, jadi semacam motivasi juga buat saya buat tetep ngeblog. Meski banyak muka-muka baru diantara pengunjung blog saya, namun alhamdulillah nama-nama blogger lawas juga masih sering nongol, meski gak sering-sering amat.

Motivasi ngeblog saya yang sempet hilang beberapa waktu yang lalu, secara perlahan namun pasti mulai muncul kembali. Kaget juga begitu mulai aktif ngeblog lagi, dunia blogosphere ini jadi semakin dinamis dan perkembangannya sungguh mencengangkan. Banyak blog-blog baru yang bermunculan dan semuanya bagus-bagus, baik dari segi tampilan maupun materi yang diusung. Kawan-kawan blogger lawas saya juga semakin eksis dengan blog mereka, sekarang siapa sih yang gak kenal si Lurah Dhemit, Putra Daerah, Mas Karmin, Kecu Wedokan, Si Gelly dan satu lagi teman yang agak menghilang si Pencinta Lingkungan. . Dan tentu masih banyak blogger-blogger lawas yang handal yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu disini. Kematangan blogger-blogger lawas itu bisa dilihat dari postingannya yang semakin top markotop, dan juga motivasi mereka yang sudah bukan lagi mengejar traffic, komen apalagi popularitas, hahaha...basii.....

Yah begitulah waktu. Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Pun hal yang sama terjadi di dunia maya, semua serba dinamis. Semoga blog Gunemanku ini masih bisa bertahan dan eksis ditengah-tengah kemunculan beribu blog-blog baru. Terimakasih pada Om Eagle yang masih ingat sama blog saya, dan maaf kalo saya tidak bisa meneruskan award ini kepada yang lain, karena kalo cuma 7 blogger saja jatah saya untuk memberi award akan sangat kurang bagi saya. Terimakasih juga kepada para pengunjung setia blog abal-abal ini. Maafkan atas ketidaknyamanan mata dan hati yang mungkin sampeyan semua dapatkan ketika mengunjungi blog ini. Hidup Blogger!!!!!!!!!!

04 August 2008 18 comments

ONTRAN-ONTRAN Ki SEMAR

Ki Semar yang kondang ngaloka sebagai pengayom yang bijaksana, arif dan berbudi pekerti luhur sedang mengalami cobaan. Sebuah blunder yang dilakukannya mengakibatkan jagat pewayangan dilanda ontran-ontran hebat. Rumah Ki Semar yang sejak dulu memang sudah ramai dengan para tamu, kini semakin rame saja dikunjungi orang-orang. Dulu tamu di rumah Ki Semar hanyalah terdiri dari kolega-koleganya yang sesama tokoh kondang, orang-orang yang menghaturkan puja-puji demi mengharap cipratan kepopuleran, pun orang yang benar-benar mengagumi geguritan karya Ki Semar, namun kini tamu Ki Semar semakin beragam. Ada juga orang-orang yang dengan berani dan terang-terangan mengumpat-umpat tokoh karismatik itu di rumahnya sendiri. Walah ada apa to ini gerangan?

Usut punya usut ternyata semua itu berpangkal dari sebuah surat. Sebuah surat dari salah seorang fans untuk sang idola yaitu Ki Semar. Lha gene ki cuma surat....we e e e e sabar dulu ki sanak....ternyata itu surat bukan sembarang surat. Dan yang bikin geger juga bukan karena Ki Semar menerima surat dari fansnya itu, namun karena surat itu, entah untuk tujuan apa, oleh ki Semar surat tersebut ditempel di majalah dinding yang ada di depan rumahnya. Walhasil semua orang bisa melihat, membaca, dan mentafsirkan sendiri tentang surat itu. Gawatnya lagi, di dalam surat itu tercantum dosa, berikut nama-nama beserta alamat rumah tokoh-tokoh pewayangan lain baik yang disinyalir sebagai korban maupun pelaku. Tentang seorang tokoh yang mengibuli tokoh-tokoh lain demi meraup kepeng-kepeng uang, tentang sebuah nama yang suka merayu dan meniduri wayang-wayang wedok, yang tentu saja kesemuanya hanya berupa cerita belaka, tanpa ada bukti terdokumentasikan, namanya juga cuma surat curhat. Gegerlah dunia pewayangan. Saban hari orang hilir mudik mengunjungi rumah ki Semar untuk mengetahui perkembangan kasus tersebut. Kolega-kolega ki Semar mulai dari Togog, Limbuk, Cangik, dan para pemuja setianya berlomba-lomba membuat benteng untuk melindungi tokoh pujaan mereka itu. Nama-nama yang tercantum dalam surat itu juga tak kalah heboh. Masing-masing berusaha untuk membela diri, menghindar, saling serang, bahkan berusaha menyerang balik kepada Ki Semar. Lha kok Ki Semar yang diserang balik? Lha iya, karena kalo ki Semar tidak menempelkan surat tersebut di madingnya maka tidak akan terbuka (entah kebohongan/kebenaran) kasus ini dimasyarakat jagat pewayangan. Ontran-ontran ini masih diperparah dengan cecunguk-cecunguk yang sama sekali tidak berkompeten yang urun mbacot gak penting yang malah memperkeruh suasana. Lalu bagaimana dengan Ki Semar sendiri menanggapi kasus ini? Nah ini hebatnya Ki Semar, beliau hanya muncul sekali di hadapan publik dalam kaitannya dengan kasus ini seraya berujar, “ apa yang dikatakan oleh masyarakat adalah sama dengan perkataan Gusti Kang Murbeng Dumadi”, walah beliau ini, ck ck ck....

Sementara itu si penggemar yang berkirim surat kepada Ki Semar malah jadi mencak-mencak sendiri. Kekagumannya pada ki Semar berubah menjadi kebencian yang luar biasa bak si Maia dan Ahmad Dhani. Dia tidak menyangka surat yang berisi curhatannya itu dipublikasikan, apalagi dalam surat itu tercantum dosa-dosa sejumlah orang, yang tentu saja tidak menyertakan bukti-bukti yang konkret. Di mading rumahnya, yang sempat dia bredel sendiri akibat ontran-ontran ini, dia menempelkan geguritannya sendiri menanggapi soal kasus ini. Pun dia juga meminta maaf kepada para tokoh yang sudah terlanjur dia sebutkan di surat yang di publikasikan oleh Ki Semar itu. Namun apa lacur, kepopulerannya kalah jauh dari ki Semar. Jadi mading dirumahnya ya hanya di baca oleh segelintir orang.

Tentang salah dan benar adalah sebuah hal yang sangat absurd, semua bisa berkata benar untuk diri sendiri namun juga gampang sekali berucap salah untuk orang lain. Nasi sudah menjadi bubur dan besi sudah terlanjur hancur. Waktu tidak akan mau berhenti barang sedetikpun untuk menunggu para pelaku kehidupan. Pun begitu di jagat pewayangan. Semua kehidupan kembali berjalan, ontran-ontran tinggal masa lalu. Masa lalu yang menyisakan kedengkian, prasangka, dan saling curiga. Nama baik berubah jadi buruk, nama besar jadi tercemar. Tidak ada yang diuntungkan dari sebuah ontran-ontran, semua hanya menyisakan kepiluan dan kesedihan.

 
;