Kita jadi bisa menulis dan membaca karena siapa...Kita jadi tau beraneka bidang ilmu dari siapa...
Kalo gak salah begitulah sepotong bait lagu jaman dulu yang didedikasikan buat para guru. Yap, betul sodara-sodara sekalian. Seperti yang sudah sampeyan semua tebak kalo guneman kali ini akan membahas tentang profesi mulia yang bahkan memiliki gelar sendiri yaitu sebagai “Pahlawan tanpa tanda Jasa” itu. Sampeyan boleh nerusin mbaca kalimat per kalimat dalam guneman ini, ato monggo juga kalo mau njujug ke paragraf terakhir. Hahaha...nyante aja bos....
Pada jaman baheula, para priyayilah yang menjadi guru. Mereka menularkan kawruh mereka pada anak-anak dilingkungannya dan benar-benar tanpa pamrih. Mereka benar-benar digugu dan ditiru. Itulah kenapa jaman itu profesi guru sangatlah prestisius, kajen istilah jawanya.
Mungkin sampeyan pernah denger sebuah cerita tentang Jepang, negara yang ya ampun deh majunya itu sekarang, dulu pas habis dijatuhi bom atom oleh Amerika, sang kaisar bukannya menanyakan berapa jumlah bangunan yang rusak, berapa kerugian materiil yang dialami, tapi yang langsung dikaruhke sama Sang Kaisar waktu itu adalah “ Berapa jumlah guru yang masih Hidup”. Itulah salah satu gambaran betapa pentingnya seorang guru bagi sebuah bangsa. Bahkan Malaysia dulu katanya juga mengimpor guru dari Indonesia lho..huebat to?? Jadi mungkin saja para wong pinter di Malaysia yang punya inisiatip ngeklaim ini itu milik Indonesia itu, bisa jadi pinter berkat wong Indonesia, bukankah itu namanya durhaka??? Bisa dikutuk jadi batu kalo begitu...hayahhh....
Saya dibesarkan dalam lingkungan pendidikan. Bapak saya guru/kepala sekolah. Dan Pakdhe-pakdhe saya(dari pihak bapak) yang berjumlah 6 itu, 5 diantaranya berkecimpung juga dibidang pendidikan(guru/kepala sekolah). Jadi sedikit banyak saya bisa nggragap bagaimana hidup seorang guru. Kalo mau dibilang profesi yang paling mulia, saya kira kok terlalu berlebihan dan dapat menimbulkan kecemburuan bagi profesi-profesi laen. Cuma yang saya tau, dari pengalaman dan pengamatan saya, gak ada guru, yang benar-benar hanya menggantungkan hidup dari profesi itu, yang bisa kaya raya. Jadi menurut saya, para guru itu besar pengorbanan dan pendapatan yang diperoleh gak sebanding. Lha monggo dibayangin rame-rame, para guru itu memikul tanggung jawab yang teramat besar bagi masa depan sebuah negara. Mungkin lebih besar tanggungjawab moral yang dipikul oleh para guru dari pada yang dipikul oleh para anggota DPR, tapi knapa gaji guru bisa hanya 1/10-nya dari gaji para anggota DPR?? Kenapa juga lagu Iwan Fals yang judulnya Oemar Bakri itu menggambarkan seorang guru yang menaiki sepeda kumbang? Bukannya seorang guru yang naik BMW?
Kenapa dan kenapa...selalu kata ini yang muncul di guneman saya..menandakan ketololan yang punya guneman...tanya teruss...
Dengan tanggung jawab yang sebegitu besar, bagaimana dengan kesejahteraan mereka? Ya dari pernyataan awal saya tadi bahwa guru gak ada yang kaya, maka bisa sampeyan simpulkan sendiri lah. Tapi sejak awal mungkin para pendidik itu sudah menyadari konsekwensi gak bisa kaya tadi pas mereka memutuskan menjadi seorang guru. Profesi guru lebih kepada pengabdian daripada untuk mengejar kekayaan. Lha misal mau korupsi ya korupsi apa?? Spidol? Papan tulis? Hahaha...
Kalo sampeyan mengkonter guneman saya ini dengan, kok ada guru yang mencabuli anak didiknya? Kok ada guru yang maen duit buat mark up nilai murid? dan kok ada-kok ada laennya...ITU OKNUM!!! Mereka palsuu...bukan guru dan pendidik sejati, sumpah pengabdian mereka gak tulus...mereka bajingan..mereka asu..mereka tai kebo...merusak citra para guru saja. Sori kalo emosi, lha di benak saya (terlepas dari profesi bapak saya sendiri), seorang guru itu mulia sekali.
Pernah nyoba menyambangi mantan SD sampeyan dulu. Cobalah sekali-kali dan temuilah mantan guru sampeyan dulu kalo masih ada. Ketika tau kalo sampeyan sudah kerja jadi anu... atau sudah kuliah di universitas anu...lihatlah raut muka mereka. Sebuah kepuasan yang jujur melihat anak didiknya telah berhasil.
Maturnuwun ya Pak dan Bu Guru. Kalo gak ada panjenengan semua, mungkin blog Gunemanku ini juga gak bakalan ada. Mari kita sejenak merenung dan mengenang kembali masa-masa sekolah kita dulu, dan mari kita berterimakasih kepada para guru kita itu, cukup dalam hati saja, karena mereka sebenarnya tidak mengharapkan ucapan terimakasih dari kita, percayalah...
Gurulah pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada tara.