16 February 2010 49 comments

FYI, Tuhan Tidak Main Facebook..

Entah pesugihan apa yang dipake oleh Mark Zuckerberg sampai mainan bernama facebook bikinannya digilai berjuta insan manusia di dunia ini. Hampir semua orang yang bisa mengakses internet mempunyai account di facebook. Mulai dari yang berprofesi sebagai dosen sampai dengan pekerja seks komersial semua memiliki facebook. Masing-masing berlomba untuk mengupdate status di facebooknya, sekedar memberi tahu dunia tentang apa yang sedang dirasakan atau aktifitas yang sedang dilakukan. Urgensinya bagi orang yang membaca apa coba? Gak ada babar blas… ketika banyak komen yang masuk memang akan muncul semacam sensasi yang menyenangkan, merasa eksis dan diperhatikan banyak orang. Jadi kesimpulan awal yang bisa diambil adalah para pecandu facebook itu kaum yang NARSIS.

Sekian lama saya masuk dalam rombongan orang-orang narsis itu dengan berasyik masuk di facebook, semakin hari ternyata semakin membuat tidak nyaman. Ada semacam dorongan untuk selalu membuka account facebook kita setiap hari dan otomatis kita akan dipaksa melihat update status yang dilakukan oleh teman-teman kita, bohong besar kalo kita bisa melewatkan halaman dimana status teman-teman kita itu terpampang tanpa membacanya sedikitpun. Ada berita bahagia, ada kisah sedih, dan banyak kabar gak penting yang berseliweran, pada awalnya menarik tapi lama-lama kok malah jadi mengusik. Kalo sampeyan pernah nonton film Bruce Almighty saat diceritakan si Bruce bisa mendengar kata hati dan doa semua orang, semua berseliweran di dalam kepalanya, kira-kira gambarannya seperti itu lah bagi saya.

Ketika semua orang ikhlas untuk “membuka” kehidupannya kepada dunia, ruang privat tidak dibutuhkan lagi. Semakin banyak orang yang akan bisa mengetahui makanan kesukaan orang lain, merk hape terbaru yang dimiliki orang lain, ukuran sepatu, celana, kutang dan cawat orang lain, bahkan mungkin tahi lalat dibokong orang lain pun akan bisa diketahui. Menurut sampeyan itu menyenangkan?

Banyak saya jumpai orang-orang berkeluh kesah, komplain, atau berdoa kepada Tuhan (komplit dengan membawa-bawa nama Tuhan segala) melalui update statusnya di facebook. Bagi saya, berdoa itu adalah saat-saat paling intim antara saya dengan Tuhan saya. Saya butuh waktu dan tempat yang khusus untuk melakukan aktifitas berdoa itu, sama sekali bukan hal untuk dipamerkan dan benar-benar hanya antara saya dan Tuhan saja yang tahu. Apakah karena teman di facebook ribuan lalu ketika berdoa lewat facebook dan banyak yang membaca sekaligus mengkomen maka akan lebih besar kemungkinannya untuk didengar oleh Tuhan?? Atau tujuan menuliskan status berwujud doa itu hanya agar kelihatan relijius?? Atau jangan-jangan mereka pikir Tuhan itu main facebook juga?? Kalo iya, maka selamat..selain jadi orang narsis ternyata sekaligus juga orang pekok.

Jadi, berhentilah berkeluh kesah di facebook..!!!

(Ps : Saya sudah menghapus account saya di facebook, dan ternyata rasanya menyenangkan..)

 
;