14 October 2007

HUKUMAN MATI

Tiga terpidana mati kasus bom Bali I ; Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas alias Ali Gufron menyatakan tidak akan mengajukan grasi (Antara News 13/10/07). Apa artinya? Artinya ya mereka tinggal ngitung hari aja nunggu hukuman mati dijalankan. Bagaimana sikap sodara-sodara sekalian dengan hukuman yang satu ini. Mati lho sodara-sodara, gak main-main ini... mati itu artinya nyawa pisah sama badan kita, artinya ya setelah proses mati itu tadi terjadi, kita hanya akan menjadi seonggok bangkai yang tidak berguna. Jangan bandingkan dengan Stalin, pakdhe gokil yang satu itu meski udah koit jasadnya langsung di balsem/dimumikan dan di pajang di museum, bisa datengin duit buat mantan negara yang diinjak2nya itu. Lha kalo kita, saya, sampeyan? Cuma wong biasa, apa iya kita juga mau minta dibalsem dan dimumikan? Buat apa? Jangan becanda ah....cukup para politikus aja yang suka becanda, blogger jangan....

Indonesia memang masih menerapkan hukuman mati, dan cara yang dipakai di Indonesia dalam mengantar para pesakitan ini menemui malaikat maut adalah dengan ditembak. Sadisss....lha kalo nembaknya meleset gimana, apa gak malah cuma jadi tetanus aja tu??hahaha....

Sekedar untuk catatan aja, sejak 1978-2004 Indonesia sudah mengeksekusi 38 terpidana mati dengan berbagai kasus. Saya kok berpendapat, sekali lagi ini cuma pendapat saya lho, Indonesia belum pas kalo menerapkan hukuman mati dalam kasus-kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Lha sampeyan semua yang orang terdidik dan terpelajar, atau minimal melek internet lah, pasti pada mahfum kalo hukum yang ada di Indonesia itu kacau, ruwet, aneh, lucu bin njelehi. Lha piye to? Hukuman maling sepeda motor yang paling banter cuma dapet 5 juta dari “kerja keras”nya itu hampir sama dengan hukuman koruptor yang bisa dapet ratusan juta dari aksinya, apa gak namanya njelehi bin gokil itu??? Maling ayam aja bisa digebukin rame-rame sampe modar, lha kok maling duit negara bisa melenggang kangkung...

Belom lagi bandar-bandar narkoba yang kadang mendapat hukuman yang tidak sesuai dengan akibat yang mereka timbulkan di masyarakat. Hukum macam mana ini yang kita anut????

Tapi yo wes lah...masalah Undang-Undang, masalah Hukum, itu kan urusannya orang-orang atas sana, semoga yang tidak menerima keadilan di dunia ini akan menerima keadilan yang seadil-adilnya di akherat nanti.

Kembali lagi ke masalah hukuman mati tadi, saya salut sama negara tetangga, bukan...bukan si Malingasia, tapi Singapura. Ya, Singapura juga masih menerapkan hukuman mati. Tapi setidaknya hukuman mati disana agak lebih “manusiawi” yaitu dengan cara digantung. Alasan yang dikemukakan pemerintah sono juga masuk akal. Dengan menjalankan hukuman mati pake cara digantung, maka akan banyak organ tubuh bagian dalam yang bisa terselamatkan. Organ-organ tubuh tadi bisa di donorkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Cukup masuk akal kan...

Singapura termasuk negara yang sangat pede dalam melaksanakan hukuman mati. Amnesti International pada tahun 2004 melaporkan, sejak 1991 sampai dengan laporan itu dibuat, tercatat sudah 420 orang yang digantung di negeri yang hanya berpenduduk 4,2 juta jiwa ini. Kebanyakan dari mereka yang digantung terkait kasus obat bius (sumber dari Intisari). Singapura memang ketat dalam hal pelaksanaan hukumnya, siapaun yang berusia di atas 18 tahun dan kedapatan membawa narkoba diatas 15 gram, bakal diancam hukuman mati. Bandingkan dengan kasus Zarima di Indonesia dan kasus-kasus narkoba lainnya, pasti melet-melet sampeyan dibuatnya...

Bagaimana kita seharusnya menyikapi hukuman mati ini. Adakah hukuman lain yang lebih manusiawi sebagai penggantinya yang tanpa melibatkan nyawa tentunya?

10 comments:

Vie said...

Hukuman lain yg lebih manusiawi adalah "kerja rodi".

Sebenarnya para kriminal di Indo. yg akan menjalanin huk. mati lebih beruntung drpd kriminal yg akan menjalanin huk. mati di China. Karena di China, keluarga si kriminal masih harus membayar setiap peluru yg menembus tubuhnya.

Sang Lintang Lanang said...

menurut Romo Aloys Budi Purnomo, Pr yang bukunya sedang saya baca saat ini, pengampunan adalah salah satu faktor yang mendukung terciptanya kedamaian & keadilan. tapi mungkin saya adalah manusia yang memang masih harus belajar tentang ilmu ikhlas. di satu sisi saya menghormati Hak Asasi manusia untuk melanjutkan kehidupan. tapi bagaimana dengan hak asasi keluarga para korban peledakan bom itu? butuh sebuah kekuatan yang lebih untuk bisa memberikan sebutir pengampunan atas darah yang telah tertumpah.
mengenai bagaimana cara yang terbaik untuk sebuah hukuman mati, saya setuju dengan alasan singapura menerapkan sistem gantung. tapi bukankah penggunaan organ dalam mayat juga harus dengan persetujuan dari keluarga? belum tentu keluarganya setuju. mungkin tak ada salahnya bila terpidana mati diberi keleluasaan menentukan caranya sendiri untuk mati. apakah dengan ditembak, digantung, disetrum, atau (mungkin) diledakkan dengan bom, seperti yang dia lakukan terhadap para korbannya.
apakah itu keadilan, ketika satu dibalas satu, dan darah dibayar dengan darah? entahlah...

Anonymous said...

grasi itu sama dengan trasi ya mas ??..wah..mosok gara2 minta trasi aja trus dihukum tembak ??

icHaaWe said...

baru aku liat di tv chanel german beberapa hari yg lalu ... kalo bakal di bikin UU secara global... tentang penghapusan hukuman mati ...yah tergantung sih...tapi buatku sih...seperti pengedar narkoba..tuh harus dikasih hukuman mati!!!

suarahimsa said...

tidak ada yang namanya "hukuman mati" yang manusiawi. itu perampasan hak hidup. tapi, demi tegaknya supremasi hukum maka hukuman mati memperoleh momentumnya sebagai shock therapy paling mujarab. Sistem hukum di Indonesia itu masih warisan kolonial, dan kadang udah ngga relevan lagi. lucu ketika kita menyaksikan berita kriminal yang kebanyakan menampilkan kejahatan kerah biru. sampeyan pasti pernah menjumpai kasus maling. maling ayam-pun bisa kena hukuman mati dari publik, dikeroyok, dipukuli, dibakar hidup2, dihempaskan begitu saja...ah, terlalu banyak nyawa yang melayang sia-sia demi menjaga apa yang namanya moralitas, etika, dan perikemanusiaan. saya ngga akan pernah mau melupakan "hukuman mati" terhadap hampir setengah juta manusia Indonesia antara tahun 1965-1966. Bayangkan, hanya dengan diberi cap, terlibat G 30 S/PKI, nyawa mereka seolah ngga ada harganya...memang konsep homo homini lupus berlaku dalam hal ini. manusia bisa menjadi serigala bagi sesamanya.

sayurs said...

"Dengan menjalankan hukuman mati pake cara digantung, maka akan banyak organ tubuh bagian dalam yang bisa terselamatkan". >> dasar kapitalis !! itu amat deket dengan komersil.. Bahkan pada mayat terpidana pun diberi peluang untuk dieksploitir !!

Dony Alfan said...

Di Cina, koruptor bisa dijatuhi hukuman mati. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Kalau memang setiap manusia itu punya hak untuk bertobat dan menyesali kesalahannya, ya biarkan mereka bertobat dan menyesal, setelah itu baru di dor. Toh pengadilan yang sebenarnya ada di akhirat, bukan di dunia.

Yuki Tobing said...

saya sih secara pribadi gak ada masalah untuk pelaksanaan hukuman mati, ngapain kitz takut akan pelaksanaannya kecuali kita berbuat salah..

namun, seperti yang joell udah tulis, perlu diperhatikan juga, koruptor2 itu emang pantes diberi hukuman mati kok, ya seperti di China, dan beberapa china tolol (maaf) yang saya temukan lucunya menyangkal kalo ada hukuman mati di negaranya..

pengedar narkoba, dan perusak generasi muda semacamnya juga pantas dihukum mati, biar jadi ancaman ke pelaku2 lainnya..

teroris? harga mati, hukuman mati.. lucunya oknum2 tertentu yang jelas2 terlibat beberapa pengeboman kok malah gak dihukum mati yaaa? tanya kenapa..

Sang Lintang Lanang said...

buat mas sayurs : pemanfaatan organ dalam mayat itu bisa didasari sistem kapitalisme tapi juga bisa karena alasan kemanusiaan. disebut 'kapitalis' kalo organ2 itu diperjualbelikan tanpa sepengetahuan sang 'calon' mayat demi meraup keuntungan.
tapi bisa juga bersifat 'kemanusiaan' kalo organ itu disumbangkan secara sukarela oleh pemiliknya sesaat sebelum eksekusi.
bukankah lebih 'baik' jika organ tubuh kita masih bisa dipakai untuk melangsungkan hidup seorang manusia, daripada sekedar lebur bersama tanah?
tapi sekali lagi, hal ini harus dengan sepengetahuan orang yang dieksekusi...

Anonymous said...

yah.........
gitu deh.....
korupSI- KORUPsi .......!!!!!!
njelehi tenan kok

hkuman yg plng pantes ya....
DISITA SEMUA HARTA BERATAS NAMAKAN KELUARGANYA dari anak, istri/suami, sampe bapak + ibunya !!!

PIE?

trus....
negara ngasih jaminan hidup bwat mreka2 (kluarganya SI koruptor)

OK?
SEeeep!

 
;