10 November 2010 24 comments

Rabu Pahing

Ijinkan saya bercerita sedikit, meski saya yakin cerita ini babar blas gak penting buat sampeyan dan sejujurnya ini juga gak begitu penting buat saya, tapi entah kenapa ada dorongan dari dalam hati saya untuk menceritakannya kepada sampeyan. Baiklah, cerita ini bermula dari aktifitas pagi saya yang kali ini memaksa untuk mampir ke mesin anjungan tunai mandiri, yang selanjutnya akan ditulis dengan singkatan ATM saja demi menghemat tenaga saya menunal-nunul keyboard leptop usang ini.

Setelah ngedrop istri, motor segera saya belokkan ke gedung AMC(dulu kampus UMY jl. HOS Cokroaminoto). Dari berderet mesin ATM dengan bermacam logo bank yang mensponsorinya itu biasanya saya memasuki mesin ATM nomer dua dari sebelah kanan, tentu saja pilihan bukan didasarkan dari tingkat dinginnya AC yang sampe bikin kaca ruangan itu berembun, tapi lebih dikarenakan pada bank yang menyeponsori ATM itulah saya dan istri sepakat untuk menitipkan keuangan utama kami. Namun pagi ini saya tergoda untuk memasuki mesin ATM lain yaitu yang paling mepet dengan kantor satpam, hal ini tidak lepas dari provokasi sebuah sms yang masuk beberapa hari sebelumnya yang intinya sudah ditransfer dengan nominal sekian ke rekening saya yang satunya itu.

Di sinilah kesialan itu bermula. Tiba-tiba kartu saya raib ditelan mesin ATM tanpa sempat berbuat apa-apa, oleh satpam AMC saya disarankan menghubungi nomer yang ditempel dengan pigura ditembok, nomernya 14000. Di tengah instruksi dari suara renyah di seberang, tiba-tiba telpon terputus, lha dalah jebulnya pulsa habis..kampreett..dst..dst..sampai akhirnya saya harus berpindah-pindah dari kantor cabang pembantu sampe kantor pusat dan akhirnya balik lagi ke kantor cabang bank pembantu akibat termakan instruksi sok tau dari satpam bank yang bersangkutan, hassyyuu sampeyan mas..urusan ATM beres(tinggal nunggu 1jam-an jadi kata mas CS-nya). Motor saya pacu dengan kecepatan tinggi ke arah jln.Afandi(Gejayan) untuk menuntaskan acara inti, nyetak foto, beres..trus lanjut mampir ke LIMAN di Malioboro belanja titipan seorang teman dan langsung dikirim via kantor pos besar, beres. Acara selanjutnya ngambil servisan blitz dan lensa di daerah Kasongan Bantul. Berhubung kartu servis hilang, disini harus ada acara eyel-eyelan dengan tukang servis yang entah kenapa siang itu mukanya jemotos dan kemoplok dan cangkemnya temapuk tenin buat saya, pada akhirnya servisan blom bisa diambil karena blom jadi katanya..dan besok pas ngambil saya harus menyertakan fotokopi KTP, hasssyyyuuuu meneh..apa2an ini...
Saya kira kesabaran saya diuji hanya sampe di situ, ternyata saya hanya ge er sodara-sodara..pas balik ke Bank buat ngambil ATM, ternyata blom juga bisa diambil karena satu dan dua hal..hmmm...bener-bener membuat ngelus dada rentetan kejadian hari ini...

Setelah nempil stok sabar ditoko sebelah akhirnya saya ikhlaskan hari ini menjadi hari yang sial buat saya, sewaktu dijalan pas mau pulang, tiba2 kok saya nginget2 ini hari apa..ternyata hari Rebo dengan pasaran Pahing..iseng2 saya browsing Rabu pahing, dan ternyata di tahun 2010 ini ada lumayan banyak hari Rabu Pahing yang merupakan hari jelek. Tapi ini juga cuma othak-athik mathuk saja kok, saya bukan orang yang percaya banget dengan hal-hal semacam itu, sekedar buat lucu2an aja buat bahan menertawakan diri sendiri. Bagi yang bukan orang Jowo, patut diketahui bahwa hari di kalender Jawa itu ada 5 yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Primbon Jawa yang berisi waktu baik, dan jelek itu terbikin berdasarkan Ilmu Titen orang jaman dulu. Ilmu Titen itu didasarkan dari niteni/memperhatikan kejadian yang berulang-ulang pada waktu yang sama.

(Setelah mereview tulisan saya ini saya kok semakin yakin kalo ini sama sekali gak penting, tapi karena udah kadung jadi yo weslah saya posting aja, daripada mubazir..)
15 July 2010 40 comments

KLANGENAN

Klangenan dalam bahasa Jawa bisa berarti hobi ataupun kegemaran. Lelaki Jawa jaman dulu umumnya memiliki klangenan berupa ayam jago, kuda atau burung perkutut. Klangenan bisa dijadikan simbol status sosial seseorang. Orang yang memiliki klangenan biasanya rela melakukan apapun atau menghabiskan uang berapapun untuk klangenannya itu, misalnya orang yang memiliki klangenan seorang penyanyi campursari yang semok, maka dia akan rela menghabiskan duit berapapun demi ngopeni sang penyanyi semok, atau lihat saja orang yang memiliki klangenan berupa motor gede yang harga per unitnya bisa buat beli rumah itu.

Memiliki klangenan memang menyenangkan, tidak peduli orang tua atau muda semua bisa memiliki klangenan sendiri-sendiri. Coba saja tengok Pak Marsudi dengan klangenannya ini.

Dulu saya pernah punya Tri Wahyu Lesmono(Mono), seekor kucing yang beberapa tahun kemudian mati, lalu saya juga pernah punya Joni de Franco, seekor hamster yang kini sudah pindah tangan ke sepupu saya. Saya juga pernah memberdayakan kolam kecil di kos-an saya dengan puluhan ikan lele (yang gak mungkin kan kalo dikasih nama satu-satu), yang kemudian saya sendiri gak tega untuk ikut menikmatinya pada saat dipanen bareng anak-anak kos lainnya.

Belum lama ini saya membelikan istri sepasang kelinci hias di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Hal ini saya lakukan karena berulangkali Istri bilang kangen sama kucingnya di rumah, sementara saya sendiri kalo deket-deket sama kucing bisa langsung bersin-bersin, jadi saya ambil jalan tengah yaitu memberinya sepasang kelinci. Kata penjualnya sih ini jenis kelinci persia, tapi saya gak gitu peduli ini jenis kelinci apa yang penting bulunya halus dan gak bikin bersin, selain itu jinak banget dan lucu. Dan begitulah, sejak saat itu saya memiliki resmi memiliki klangenan sepasang kelinci. Oleh istri saya sepasang kelinci itu dikasih nama Upin dan Ipin(gak kreatif banget memang, hahaha).

Berkat si Upin dan Ipin, studio saya akhir-akhir ini semakin rame saja, bukan rame dengan orang yang mau foto, tapi rame dengan anak-anak kecil tetangga yang pada suka dengan kelinci saya itu, hehehe..
08 July 2010 21 comments

Dunia Pagi, Pagi Dunia..!!

Selama beberapa tahun terakhir, saya praktis jarang atau hampir tidak pernah menyapa udara dan sinar mentari pagi yang, kata orang, segar dan menyehatkan itu. Sebagai mahasiswa yang harus nge-kos, pola hidup yang tidak sadar terbentuk adalah begadang kalo malam, dan bangun setelah hawa panas memenuhi kamar kos yang membuat keringat bercucuran dan membuat tidur tidak nyaman lagi, bisa dipastikan saat itu terjadi jarum jam sudah menunjuk angka 10 atau bahkan lebih. Bangun pagi sudah mirip sebuah aib yang akan sangat menyesal sekali apabila terpaksa melakukannya.

Setelah lepas dari kehidupan kos2an, kebiasaan itu masih terbawa sampai ke rumah. Bahkan setelah memiliki tempat usaha sendiri pun bangun pagi masih terasa berat bagi saya. Ketika orang lain berlomba-lomba untuk membuka tempat usahanya sepagi mungkin, saya masih meringkuk di tempat tidur dan membetulkan selimut. Saya mulai membuka pintu tempat usaha saya kira-kira jam 11-an. Tentu saja dilandasi dengan keyakinan bahwa setiap orang punya rejekinya masing-masing asalkan ada usaha untuk meraihnya, jadi sesiang apapun saya membuka tempat usaha saya, pasti ada rejeki untuk saya, dan alhamdulillah-nya, hal itu ternyata benar terbukti.

Semenjak memiliki pendamping hidup beberapa waktu yang lalu, pola hidup saya berubah total. Bukan soal guling tidur yang sekarang bisa nabok, tapi soal jam tidur dan jam bangun saya yang berubah total karena harus menyesuaikan dengan istri. Berhubung istri adalah pekerja kantoran, maka bangun pagi adalah sebuah keharusan. Awal-awal memang terasa berat, namun lambat laun mulai terpola juga jam biologis saya untuk tidur sebelum jam 11 malam dan bangun jam 5-an pagi. Dan memang benar kata orang bahwa udara pagi itu segar, atau dingin lebih tepatnya. Setelah istri berangkat ke kantor, kegiatan saya selanjutnya adalah menunggu mas loper koran datang membawa koran langganan dengan mencicil membaca-baca berita dari portal berita online dan blog.

Dari tempat saya ngetik postingan ini, saya disuguhi pemandangan pagi sawah di depan rumah saya dengan gerombolan burung kecil dan ayam-ayam yang mencari makan, dan di jalan kecil yang membatasi rumah saya dengan sawah tersebut, sering ada orangtua (tetangga) yang menyuapi anak bayinya sambil jalan-jalan, juga berseliweran orang tua yang berangkat ke kantor sambil memboncengkan anaknya untuk diantar ke sekolah masing-masing.

Sungguh dunia pagi memang menakjubkan, ketika kita menemui wajah-wajah orang yang masih segar dan siap menghabiskan energinya yang masih full setelah dichas semalaman untuk menghadapi hari selanjutnya, ketika kita menjumpai wajah polos anak-anak yang akan berangkat ke sekolah untuk bertemu dan bermain dengan teman-temannya, dan seekor anjing putih yang entah sudah berapa kali mondar-mandir berlari-lari melewati depan rumah saya entah untuk apa.

Jadi saya ucapkan selamat pagi kawan, selamat pagi dunia, selamat menjalani hari ini, semoga hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan buat sampeyan semua.
16 February 2010 49 comments

FYI, Tuhan Tidak Main Facebook..

Entah pesugihan apa yang dipake oleh Mark Zuckerberg sampai mainan bernama facebook bikinannya digilai berjuta insan manusia di dunia ini. Hampir semua orang yang bisa mengakses internet mempunyai account di facebook. Mulai dari yang berprofesi sebagai dosen sampai dengan pekerja seks komersial semua memiliki facebook. Masing-masing berlomba untuk mengupdate status di facebooknya, sekedar memberi tahu dunia tentang apa yang sedang dirasakan atau aktifitas yang sedang dilakukan. Urgensinya bagi orang yang membaca apa coba? Gak ada babar blas… ketika banyak komen yang masuk memang akan muncul semacam sensasi yang menyenangkan, merasa eksis dan diperhatikan banyak orang. Jadi kesimpulan awal yang bisa diambil adalah para pecandu facebook itu kaum yang NARSIS.

Sekian lama saya masuk dalam rombongan orang-orang narsis itu dengan berasyik masuk di facebook, semakin hari ternyata semakin membuat tidak nyaman. Ada semacam dorongan untuk selalu membuka account facebook kita setiap hari dan otomatis kita akan dipaksa melihat update status yang dilakukan oleh teman-teman kita, bohong besar kalo kita bisa melewatkan halaman dimana status teman-teman kita itu terpampang tanpa membacanya sedikitpun. Ada berita bahagia, ada kisah sedih, dan banyak kabar gak penting yang berseliweran, pada awalnya menarik tapi lama-lama kok malah jadi mengusik. Kalo sampeyan pernah nonton film Bruce Almighty saat diceritakan si Bruce bisa mendengar kata hati dan doa semua orang, semua berseliweran di dalam kepalanya, kira-kira gambarannya seperti itu lah bagi saya.

Ketika semua orang ikhlas untuk “membuka” kehidupannya kepada dunia, ruang privat tidak dibutuhkan lagi. Semakin banyak orang yang akan bisa mengetahui makanan kesukaan orang lain, merk hape terbaru yang dimiliki orang lain, ukuran sepatu, celana, kutang dan cawat orang lain, bahkan mungkin tahi lalat dibokong orang lain pun akan bisa diketahui. Menurut sampeyan itu menyenangkan?

Banyak saya jumpai orang-orang berkeluh kesah, komplain, atau berdoa kepada Tuhan (komplit dengan membawa-bawa nama Tuhan segala) melalui update statusnya di facebook. Bagi saya, berdoa itu adalah saat-saat paling intim antara saya dengan Tuhan saya. Saya butuh waktu dan tempat yang khusus untuk melakukan aktifitas berdoa itu, sama sekali bukan hal untuk dipamerkan dan benar-benar hanya antara saya dan Tuhan saja yang tahu. Apakah karena teman di facebook ribuan lalu ketika berdoa lewat facebook dan banyak yang membaca sekaligus mengkomen maka akan lebih besar kemungkinannya untuk didengar oleh Tuhan?? Atau tujuan menuliskan status berwujud doa itu hanya agar kelihatan relijius?? Atau jangan-jangan mereka pikir Tuhan itu main facebook juga?? Kalo iya, maka selamat..selain jadi orang narsis ternyata sekaligus juga orang pekok.

Jadi, berhentilah berkeluh kesah di facebook..!!!

(Ps : Saya sudah menghapus account saya di facebook, dan ternyata rasanya menyenangkan..)

 
;