23 October 2007

The Spirit of Punakawan

Ada dua seri header blog ini yang memuat gambar wayang, yang pertama dulu hanya memuat tokoh semar saja, sedangkan yang ini komplit Punakawan. Mungkin blogger yang bukan berasal dari Jawa nggak mudeng blas tentang dunia pewayangan, apalagi tentang Punakawan yang saya sebutkan tadi. Saya sebenarnya juga bukan penggemar berat wayang, bahkan belum pernah saya menyaksikan pertunjukan wayang kulit hingga selesai. Maklumlah pertunjukan wayang kulit bisa memakan waktu sampai semalam suntuk. Saya ingat banget dulu pas saya kecil, bapak saya sering nyetel pertunjukan wayang kulit yang disiarkan televisi(TVRI, mana lagi???).

Cerita pewayangan secara garis besar menceritakan tentang kisah Bharatayuda atau kisah Ramayana. Dalam kisah Bharatayuda diceritakan bagaimana kebajikan, yang diwakili oleh keluarga Pandawa, melawan kemungkaran, yang dilakoni oleh keluarga Kurawa. Sedangkan kisah Ramayana menceritakan perjuangan sepasang kakak adik, Rama dan Laksmana, yang berjuang untuk merebut kembali hak-haknya yang dirampas.

Mengenai Punakawan, sesungguhnya tokoh-tokoh didalamnya (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) tidaklah ditemui dalam kisah mahabharata asli atau versi mitologi Hindu. Tokoh-tokoh itu dimunculkan hasil dari modifikasi oleh Sunan Kalijaga, yang menyebarkan Islam di Jawa dengan kisah pewayangan sebagai salah satu sarananya. Punakawan terdiri dari empat tokoh dengan berbagai karakter unik di dalamnya seperti: Semar yang selalu menjadi si bijak yang kaya ilmu dan memiliki sumbangsih yang besar pada ndoro-ndoronya lewat petuah-petuah yang disampaikan, meski kadang dengan gaya bercanda. Gareng yang sebenarnya memiliki pemikiran-pemikiran luar biasa, cerdik dan pandai, namun tidaklah cakap dalam berkata-kata, alhasil Gareng lebih sering menjadi peran dibalik layar dengan ide-idenya yang dijalankan oleh orang lain. Petruk disini memiliki watak sebagai tokoh yang tidak punya kelebihan apa-apa selain banyak omong, ya boleh dibilang karakter Petruk ini berkebalikan dengan karakter si Gareng. Sedangkan si Bagong, dia ini lebih pada bayang-bayang Semar, cerdas dalam menyampaikan kritik-kritik lewat humor yang dilontarkan, mungkin dapat disamakan dengan tokoh abu nawas atau Nasrudin dalam kisah-kisah humor sufi.

Kalau dicermati betul, karakter yang terdapat dalam tokoh-tokoh punakawan tadi mewakili karakter-karakter pemimpin yang ada di Indonesia. Ada Gareng yang sebenarnya cerdas dan pandai tapi tidak pintar dalam bercakap, akhirnya hanya bisa jadi pemimpin temporary, cuma sebentar thok. Ada yang persis Petruk, nggak bisa apa-apa alias oon tapi pintar omong dan berlagak menjadi ratu dengan beking nama besar si Semar bapaknya, sudah bisa dilihat hasilnya seperti apa. Ada juga yang seperti Bagong, pandai, bijak, dan kritis, tapi selalu melontarkannya dalam bentuk humor, hasilnya ya rakyat meragukan kapabilitasnya. Nah, yang kurang tinggal karakter Semar. Bila ada sosok dengan karakter semar ditambah peruntungan sebagai pemimpin(karena tokoh Semar seberapapun bijak dan pandainya dia, namun dia hanyalah seorang abdi dalem, bukan pemimpin), pastilah negeri ini yang aslinya gemah ripah loh jinawi, akan menjadi seperti itu adanya.

Pemunculan Punokawan dalam setiap pertunjukan wayang memiliki beragam fungsi; dapat sebagai pemberi warta, sebagai penasihat dengan kata-kata bijaknya, dapat sebagai badut yang menghibur tanpa tendensi apa-apa, dan dapat pula muncul sebagai kritisi sosial terhadap kejadian yang ada. Seperti itulah saya bermaksud menggiring keberadaan blog ini ditengah-tengah hiruk pikuk dunia per-blog-an. Melalui blog ini saya berkeinginan seperti layaknya pemunculan Punakawan dalam setiap pertunjukan wayang; menghibur, menyampaikan berita, dan kadang juga mengkritisi keadaan sosial. Tampak sepele, namun kadang berat juga melakoninya. Apalagi dengan isi otak dan wawasan yang kurang memadai. Mohon dimaafkan bila belum sepenuhnya bisa menjadi Punakawan di dunia per-blog-an. Paling tidak sekarang saya nyicil masang gambarnya dulu sebagai header, semoga segera tertular spiritnya, hehehe...semangat..!!!!!!!!

14 comments:

Herru Suwandi said...

para punakawan itu mewakili segudang kebajikan, sayang aku gak terlalu ngeri boso jowo alus

suarahimsa said...

punakawan itu benar2 sosok pamomong yang down to earth. masing2 tokoh punya karakter yang khas dan unik sebagai seorang pamomong.wah, menurut saya para pemimpin kita itu kok cuma Petruk pengen dadi Guru, padahal sang guru sejati adalah Semar. kalopun ada pemimpin yang karekteristiknya mirip dengan Semar, pasti negara kita bisa jadi lebih baik.
em, Sri Sultan HB X for president, i hope so...

Vie said...

Sampe sekarang aku itu gak bisa membedakan antara Semar dan Bagong. Tapi setelah liat gambarnya diatas, baru bisa. Juga gak pernah tau kalo Petruk itu anaknya Semar. Hah... oon juga ternyata aku ini.

JualannyaSaya said...

aku gak begitu suka wayang kulit, karena mainnya terlalu malam dan ampe pagi...,aku lebih suka wayang golek..mungkin karena aku dari jawa barat kali yach...

adekjaya said...

Pemunculan Punokawan dalam setiap pertunjukan wayang memiliki beragam fungsi; dapat sebagai pemberi warta, sebagai penasihat dengan kata-kata bijaknya, dapat sebagai badut yang menghibur tanpa tendensi apa-apa, dan dapat pula muncul sebagai kritisi sosial terhadap kejadian yang ada...moga2 itu terjadi buat para pemimpin di endonesa ini..

icHaaWe said...

aku taunya cuma Semar ... secara dulu suka di celain sama papaku... celengan semar :P

Anonymous said...

Weleh, tokoh semar tu favo saya .... tokoh sakti yang ndak menonjol, tapi sangat berperan

Anonymous said...

sedalu natas ye mas....CD neh enek 6 keping...aku seumpama delok, langsung stir sing no 5

Anonymous said...

sedalu natas ye mas....CD neh enek 6 keping...aku seumpama delok, langsung stir sing no 5

Dony Alfan said...

Tokoh Semar memang sudah sering dibicarakan, sehingga seolah ia telah menjadi public figure di jaman modern, dari bidang seni hingga politik. Sebuah surat yang sampai saat ini belum jelas di mana itu juga memakai nama "semar", ditambah "super" pula, padahal seorang Semar tak butuh lagi embel-embel super. Memangnya dia Superman?

Semar telah menjadi ratu adil, tapi adakah representasi dari Semar di Indonesia ini? Tapi kalo representasi dari Gareng, Petruk, dan Bagong, saya yakin sudah banyak.

Saya juga suka Semar, tapi semar mendem (semar mabuk), percayalah makanan dari ketan itu tidak membuat anda benar-benar mabuk. Weh, komen opo iki, rak nyambung, sorry njih mas Sigit!

Anton Budi Wibowo said...

aq cuman pengen tau aja siapa tu petruk, banyak referensi sih tapi dari omongan ja. aq kasih tau ya :
"petruk tu katanya anak raja yang dipukuli ma semar jadi mukanya ancur, ada juga yang bilang dia tu kantong bolong, sempat jadi raja tapi nyuri ajimat kalimasada n dikalahkan ma gareng, suka mengkritisi ketidakbenaran dengan lawakan2, makanya banyak dalang - dalang yang maennya metruk" tu smua kata orang2 lho

Anonymous said...

Punakawan tuh tokoh favorit ku karena mencerminkan segala kebajikan yg komplit disana. Kalo ada wayang pasti deh aku nonton...dan nunggu waktunya "Goro-Goro" saat para punakawan ngobrol2
Salam kenal...

hatta abdul malik said...

kula nembe madosi cerito lakon petruk dadi ratu. kagungan nopo mboten mas ? matur suwun

wury febrian said...

insyaAllah badhe pentas Republik Bagong, nyuwun pangestu kalian masukanipun dulur2 sedoyo..

nuwun

 
;