21 December 2008

Idealis dan Pelacur

Saya yakin banget setiap orang pasti memiliki idealismenya sendiri-sendiri. Entah dalam hal apa namun orang pasti memiliki sesuatu yang akan dia perjuangkan sepenuh hati, setidaknya pada masa mudanya. Seperti blogger ndolo ini misalnya, dia tetep memperjuangkan jodoh dari etnis cina, cantik, muslim, dan berprofesi sebagai dokter pula, harap dimaklumi karena dirumahnya memang tidak ada kaca, hahahaha......

Sejauh mana sesorang akan mempertahankan idealisme mereka? Apakah akan tetep idealis ketika hidup di jaman serba susah seperti sekarang? Seseorang yang idealis mau tidak mau harus menanggung semua resiko dari idealisme mereka itu. Contoh gampangnya idealis masalah pekerjaan. Ada seorang kawan lama saya yang sampe sekarang masih menganggur, bukan karena dia bodoh, bebal, atau apalah, dia sebenarnya sangat berpotensi, hasil fotonya bagus-bagus, pemikirannya luas, pergaulan gak ada masalah, namun ya itu tadi idealismenya sangat tinggi, dia tidak mau bekerja yang asal bekerja saja, tapi harus sesuai dengan hatinya. Ya resikonya sampe terakhir kemaren saya mengunjunginya dia masih saja bergelut dengan waktu yang menuakannya dikamar ukuran 3x3 yang berserakan buku itu. Saya tidak menyalahkan hal tersebut, bahkan saya salut dengan kegigihannya mempertahankan idealismenya itu. Banyak yang sudah menyingkirkan jauh-jauh idealisme yang pada masa muda dulu sangat diagung-agungkan, semua kembali kepada realitas kehidupan. Hanya segelintir orang saja yang bisa hidup dengan idealismenya, lainnya...mati....

Bagaimana dengan saya sendiri? Mungkin masih ada sisi idealis nun jauh disana didalam hati saya. Itu pun sudah sangat saya kompromikan dengan keadaan, atau bahasa lainnya saya sudah memperlunak sisi idealis dalam diri saya. Saya udah mulai realistis, bahwa ternyata idealisme saya tidak bisa menghidupi saya, idealisme saya tidak bisa mendatangkan receh yang jadi modal penting untuk hidup. Akhirnya saya melacur, melacur pada keadaan, melacur pada hidup, hanya agar saya bisa survive. Bahkan dengan melacur inipun ternyata saya hanya bisa sekedar hidup saja, biarlah seperti itu adanya dulu. Karena saya yakin ada “sesuatu, sesosok atau sebuah” yang sudah menggariskan hidup saya akan seperti apa. Mungkin fase melacur inilah salah satu tahapan yang harus saya lalui dikehidupan saya. Kalo ditanya apakah saya tidak malu dengan diri saya dulu, saya malu. Tapi apadaya, kemaluan saya tidak bisa menghidupi saya (artikan sendiri kalimat saya ini, hahaha..).

Sekarang coba sampeyan semua tengok keadaan sampeyan sendiri. Apakah sampeyan semua terkategori orang-orang yang sedang melacur dalam hidup, ataukah orang yang masih gigih dengan idealisme sampeyan?? Tentusaja semua membutuhkan kejujuran dalam diri sampeyan sendiri. Semua kembali kepada pribadi masing-masing, tidak ada yang salah dengan mempertahankan idealisme, juga tidak bisa dicari kekeliruannya ketika seseorang melacurkan diri pada keadaan untuk bisa hidup.

Nah kalo ada seorang pelacur (makna yang sbenarnya) disebuah lokalisasi WTS yang hanya mau berkencan dan ditiduri oleh pria-pria hidung belang yang ganteng saja tanpa memandang tebal tipisnya dompet, itu baru saya sebut Pelacur yang Idealis.

35 comments:

Haris Firdaus said...

dadi kelingan tulisannya Goenawan Mohammad minggu wingi,judule "Pelacur". ini cerita soal ibu yang harus membesarkan anaknya dengan dua pekerjaan: menjadi tukang batu sekaligus pelacur. keduanya harus dilakoni karena jd tukang batu pun tak cukup. sang ibu ini ingin anaknya bs sekolah dan berhasil. GM memberi gelar sang wanita ini sbg "Perempuan Indonesia tahun 2008" (kalo gak salah). dlm kondisi si ibu, mas, apakah masih bs dibedakan antara "pelacur" dan "idealis"?

Unknown said...

wedian...josss gandhosss dab...
aku cuman ndobos nih:
negara itu juga harus punya kapal dagang dan kapal perang, biasanya negara2 kaya itu hasil berdagannya untuk biaya perang biar daerah daganganne luas...

so...kita memang harus berpikir keras untuk membiayaai idealisme kita, karena idealisme biasanya nggak kasih kita makan...kecuali yang beruntung menemukannya...

pernah ada temen yang idealisme adalah anarkisme, ketika dia mau menikah dengan orang yang beda agamanya dan ortunya harus mau tidak mau kalo pengin dapet yo harus seagama...bingung setengah mati...ketemu aku cuman tak omongin...mana tuh ideologi anarkismu...kamu bukan anarkis sejati dong...dia merenung dan tambah mumet ...

Anonymous said...

@ Haris :
Wah susah juga kalo tentang itu...dan saya rasa ini tidak bersangkut paut dengan idealisme. Namun yang mengganjal dibenak saya adalah kenapa harus menjadi penjual jasa kenikmatan untuk mencari penghidupan bagi anak2nya? kalo alasan ibu itu "saya ndak punya keahlian apa2" gawanen mrene tak pisuhane...

Tuhan menciptakan kita dengan sempurna agar kita dapat berusaha mencari penghidupan dengan semaksimal mungkin. Apakah opsi menjadi lonte itu adalah satu2nya pilihan dalam hidupnya? saya kira dan saya yakin tidak..

Dan saya juga sangat tidak sependapat dengan Goenawan Muhammad yang telah menganugrahi gelar itu, karena menurut saya menjadi seorang lonte adalah segoblok2nya dan selemah2nya usaha dalam memperoleh penghasilan.

Masih banyak profesi lain yang lebih mulia, dan tidak menyalahi norma kan? misal siang jadi tukang batu, malemnya jadi buruh nyuci, ato apalah...dan saya rasa itu akan lebih berkah...


@ Suryaden:
Sepakat mas...hehehe

Nyante Aza Lae said...

baru tau nih ada pelacur idealis..sapa tuh namanya mas??

Dony Alfan said...

Idealisme-mu apa sih, jadi PNS kan? Ayo terus kejar! Kan bagus tuh, suami-istri sama2 jadi aparatur negara :D

*Dony masih menunggu seorang Chinesse untuk dijadikan istri...

Ikhsan Abu Disa said...

salut untuk yang masih punya idealisme ...

Anonymous said...

Ada kawan saya yang punya idealisme tinggi dalam memilih pendamping hidup. Sampai sekarang tetap bergelut dengan status bujangnya. Padahal usianya tahun depan sudah mencapai 40 tahun dan masih tetap mempertahankan idealisme mengenai kriteria wanita yang menjadi pilihannya.

Harmaya, MD said...

Wong dayak mirip2 chinese loh..Putih2 tur ayu.Kancane kancaku dokter Dayak,ayu tur dokter.Gelem rak?Ning ketoke wis duwe bojo.Dubrak!

Iso mangan sedino ping telu karo tuku klambi anyar nggo bakdan menurutku wis ideal bgt kuwi.Oia,aku mulih jowo ketoke taun ngarep.Njaluk oleh2 opo kowe?

Andri Journal said...

Ndhuwur iki commentku..Aku maw lali log out. >.<

Coba Tes said...

angel (bukan malaikat) mas lek jaman saiki jek ngomong idealisme murni. kadang wonge idealis nang kerjoan tapi gak idealis nang wong wedhok. Sebaliknya juga gitu mas..aku rasa sih gak akan ada idealisme sejati.
Its nice to be important, but more importang to be nice..
lho komentku kok jadi 3 bahasa gini...hehehe..da yang punya bilingualnya gak ??

Anonymous said...

idealis & pelacur? Memilih jadi pelacur juga suatu idealisme?

dhika.h said...

ho oh kwi, kandani si ndolo... ra sah idelis ngono. ndak joko sak urip urip heahahahaa...

Suprih's Blog said...

hehe, ternyata ada juga to yang idealismenya tinggi. Yang terpenting kayaknya bukan itu tapi nasionalisme deh

Anonymous said...

Wakakkakakakk :D
Pelacur punya idealisme juga toh? Ada2 aja tuh pelacur :D

businesssolo said...

kenalan

kulo tiyang solo

nembe sinau damel blog

nyuwun tukeran link punapa saged

salam


Mova Nugraha

punika list blog kulo
movanugraha.info
solo photo gallery
businesssolo blog
soloindonesia.blogspot

Anonymous said...

antara idealisme dan tuntutan perut diperlukan hati nurani...

sayurs said...

Donny golek Cina? ngene ae le, bakar2 kutho maneh, trus kowe become a hero marang cino sing lagi nangis kelangan dagangan sak tokone, piye? masuk ra..

Anonymous said...

waduh hebat sekali makna artinya kang...., saya pikir ada yang mau bagi-bagi ntuh yah.....

Anonymous said...

Idealis boleh, tapi juga harus fleksibel...yang penting tetap di jalurNya.

Anonymous said...

wah apalagi saya ,
idealisme tinggal sayup-sayup,
bukan cuma melacur , malah sudah menggadaikan diri.
lha kae, tuku omah kridit 15 tahun.
apa ngga menggadaikan diri ?

Anonymous said...

Setiap manusia pasti manusia idealis.

Hanya saja, terkadang, manusia itu harus menyiasati ketika berhadapan dengan realitas.

Terkadang ketika siasat itu tidak mampu mempertahankan idealisnya, maka ia berpindah pada idealis lain.

Anonymous said...

seorang pelacur yang idealis
opo seorang edialis yang melacur

halah..! keduanya pelacur kabeh ternyata he..he..he..

Anonymous said...

kalau saya termasuk orang yang melacurkan diri demi mendapat dolar di blog, hahaha.... makanya banyakan potingan repiew :D

Anonymous said...

seko kabeh tulisan sampeyan sing menarik tenan kuwi, kok aku paling tertarik karo iki
---> kemaluan saya tidak bisa menghidupi saya (artikan sendiri kalimat saya ini, hahaha..).

sik tak pikirpikir ping satus yo tetep ra mudeng

ndi mau ibukibuk sing kanda ra iso pekerjaan lain kecuwali melacur, kene melu tak rangkul njut tak pisuhane

MBAH IM said...

Tiada yang benar-benar ideal di dunia ini....

Anonymous said...

Me? just be myself :)

Anonymous said...

wah ulasan yang menarik mas

memang yang ideal di bumi ini tidak ada mas...di ilmu fisika, secara teori ada yang disebut gas ideal, tapi real nya tidak ada.

salam kenal

elly.s said...

ya..banyakan yang "melacur" pada sesuap nasi dari pada idealisme yang membuat "mengemis" pada sesuap nasi

Anonymous said...

keadaan sekarang ini bikin susah menjaga idealisme...
perlu tekad kuat biar nggak silau dengan sekeliling...

hehe, baru denger ada pelacur idealis..

Anonymous said...

Hmmm pelacur ya??? btw met Tahun baru 2009 broo

Cebong Ipiet said...

dirimu termasuk hidung belang yg idealis ndak?

*disapluk sendal

Anonymous said...

Ada yang bilang idealisme adalah kemewahan yang dimiliki anak muda. Saya rasa ini bisa salah juga. Ada "orang2 tua" yang masih kekeuh dengan idealismenya. Ini sih sah2 saja. Kalo gg merugikan orang lain lho. Idealisme yang baik dan berguna untuk orang banyak tentulah patut untuk di pertahankan. Tapi kalo ada faktor merugikannya, saya rasa perlu lebih difleksibilisasikan deh *sok tahu mode ON*

Lovely Dee said...

idealisme yang kaku bisa jadi tidak bisa menghidupi... Tetapi idealisme yang fleksibel dan kompromistis bisa ditempuh untuk mempertahankan hidup yang memuaskan kita...

Anonymous said...

ini jawaban dari postingan si koboi itu-kah?? he3...

kerajinan tembaga said...

kulonuwun, bade nderek mersani blog njih?

 
;