04 February 2009

Lilin

Lihatlah sebatang lilin itu. Cahayanya yang temaram namun begitu jujur menyapa gelap. Lihat juga pengorbanannya yang rela untuk hancur lebur demi memberikan sedikit terang bagi sekitarnya. Konsistensinya untuk tetap menyala dan membagi terang sampai dirinya hancur tidak perlu diragukan lagi. Sungguh pengorbanan yang tanpa pamrih dan mulia.

Pengorbanan ala lilin itu yang sekarang sangat sulit untuk ditemukan. Pengorbanan yang rela untuk hancur lebur demi memberikan kemashlatan bagi yang lain. Jangan bicarakan caleg-caleg yang menebar amplop dan paket sembako di perkampungan kumuh, tahu apa mereka soal falsafah lilin ini.

Penganut falsafah lilin ini erat kaitannya dengan tulus, ikhlas dan tanpa pamrih. Berapa orang yang masih sanggup untuk seperti itu di dunia ini? Bahkan terhadap diri sendiri pun kadang kita tidak bisa tulus, apalagi terhadap orang lain yang bahkan tidak ada hubungan darah.

Sungguh saya merindukan orang-orang yang masih memegang falsafah lilin tersebut, karena saya sadar saya sendiri merasa tidak sanggup untuk itu. Indonesia butuh seorang pemimpin yang tulus ikhlas dan rela berkorban untuk Negara, pemimpin yang tidak selalu menganalogikan jabatan dengan uang.

Ah, semoga saja masih ada…

48 comments:

Andy MSE said...

rebut pertamax

Andy MSE said...

seorang kawan berkata: lebih baik menyalakan lilin daripada memaki di kegelapan... (doh) *ora nyambung ya?*

Anonymous said...

hhmm..ideologi lilin..
saya sih gag terlalu setuju, itu kan berbanding terbalik dengan mercusuar.
yang paling baik tuh jadi matahari..
menerangi dan memberi bagi semua orang dan dirinya.
gimana?

Ikhsan Abu Disa said...

aleg-caleg yang menebar amplop dan paket sembako di perkampungan kumuh itu juga lilin lho mas, lilin di siang bolong,,,

Anonymous said...

Sebaik2nya bukan lilin, masih lebih baik lilin.
Begitulah kata lilin maniac...

Anonymous said...

dadi kelingan jaman iseh ngepet mbiyen...

gajahpesing said...

semoga lilin itu tidak akan pernah padam...

*kelingan dprd neng sebelah kae*

Anonymous said...

runk tau ngerti lilin, omahku nganggone tintir'e kang :D

Anonymous said...

optimis, pasti masih ada lah. cuma nilai jualnya kurang, makanya jarang terekspos...

Anonymous said...

Memang susah ya menjadi pemimpin...syaratnya harus banyakkkkk.....untuk aku tidak mencalonkan/dicalonkan jadi caleg/capres..bisa stress aku huehehehehh...

Dony Alfan said...

Hehe, 'si lilin' itu baik ya?
Ayah ayah ayah!

zener_lie said...

suka aku sama artikel ini.

oyah aku juga punya cerita tapi bukan lilin melainkan cahaya :)

http://sukrablog.blogspot.com/2008/09/cahaya.html

salam kenal

Anonymous said...

@ Kang Andy MSE ;
Lebih baik menjaga lilin yang nyala daripada ketangkep warga...hahaha..sisanke le ra nyambung "kepruki kursi" (idiot)

@ Nurannisaa7 :
Saya demokratis kok, soal sampeyan ndak setuju ya monggo aja...haks...

@ Ikhsan :
Yo wes ngono yo keno mas..BUDAL!!!

@ Pak Marsupilami :
(doh)(lmao)

@ Gubrik :
wes sugih berarti sampeyan saiki...hahaha

@ Gajah kuyuhan :
ho'o Jah..

@ Cah Baguzzz :
Dolano kosku sesok tak tukokke lilin sak gepok, untalen yo..hahahaha

@ Sibaho :
Semoga saja benar demikian adanya..

@ Atca :
hehehehe..

@ Dony :
wes kelingan rego rokok LA sak bungkus rung??? hahahaha

Anonymous said...

nopo, ra kelingan kalian srengenge mawon mas, ora kesel, ora bubar eh mati dewe,... menawi lilin meniko koyo filosofi commited suicide, mboten seimbang antara pengeluaran dan pendapatan je... dan akhire malah entek..., menawi srengenge kan jelas malah onten pitamine barang mas...

wakakakka....

www.katobengke.com said...

wah benar juga yah pendapat kamu tentang falsafah lilin.......

Anonymous said...

Jarang sekali ada orang yang mau meredup,lalu menghilang setelah melakukan hal yg berguna utk orang lain.Yang ada malah ingin selalu dikenal gara2 kebaikannya...

Anonymous said...

Jaman saiki mas ..angel sing gelem ikhlas berkurban.
Masalahe tambah rancu.. daripada lilin jare pilih neon jee...

Haris Firdaus said...

bijak banget kw. he2. lah, yang penting kan bukan berharap orang jadi lilin tapi bagaimana kita jadi lilin gt. he2. ade ki koncoku sak jurusan kok.

Anonymous said...

Jadi muncul pertanyaan..?

Sebenernya nyala lilin tulus, atau terpaksa??

Apakah anda, tidak pernah merasa jadi "lilin"??

Menjadi "seolah olah berkorban" berbuat untuk orang lain (orang tua, pacar dll.?)

Anonymous said...

boleh pinjem lilinnya kang, aku mati lampu nih...hehehehe, sukses yah kang

Hassan Aly said...

Menurut aku kurang setuju dengan falsafah lilin. kalo abis sapa coba yang gantiin. Menerangi bukan berarti harus mengorbankan diri sendiri.

Senoaji said...

pelita kecil...

Anonymous said...

lilin terangilah diriku ini...

Andri Journal said...

Ada lg falsafah es lilin: mendinginkan di saat panas. :D :D

Cebong Ipiet said...

maro jogo lilin yho kang? opo dadi sing beroperasi wkekekekkee

difhikir babi ngefhet kah?


hummz...jangan merindukan thok dung, dirimu jadilah lilin (pak andy wes dadi petromaxxx e)

Agung Suryo said...

mas panjul kalo menyalakan lilin haram nggak ya?

ooo saya tau kalo menyalakan trus langsung dihisap mungkin itu yg haram.

awie said...

lilin lilin putih tunjukan lah birokrat yng tidak memikirkan diri sendiri saat mereka sudah di bangku DPR

Anonymous said...

susah lho jadi lilin yang kecil itu. =)

Anonymous said...

Harapan selalu ada... Kalo pemimpin, seperti Mahmoud Ahmadinejad kali yaaa :D

sayurs said...

ini critan ttg lilin pada sesi 'motivasi'. Pada sesi berikutnya ttg 'kehati-hatian' lilin juga masih bisa dijadikan perumpamaan lagi, yaitu :
jangan seperti lilin yang berkorban tanpa perhitungan matang / totalitas yang konyol, dia sekali berperan bagi orang lain tapi dirinya sendiri langsung hancur.
Dengan pertimbangan yang baik kita berkesempatan lebih dari satu kali untuk berbuat bagi sesama. Tentu saja bukan berarti kemudian terlalu banyak pertimbangan terus ga jadi berbuat, malah jadi egois namanya.
Intinya, lilin bisa jadi contoh yang baik maupun yang konyol, tergantung 'sesi'nya.. *hayah* :D

www.katobengke.com said...

kmana ajah nih sobat..............
aq menanti postinganmu loh.............

Anonymous said...

Tapi regone lilin saiki larang mas..sak pak wolongewu, biyen padahal mek limangewu..lho kok jadi bahas harga lilin hehehe...Kampanye damai pemilu 2009 aja deh hehehe biar caleg2 nya gak bisa kampanye di google..ke blokir sama blogger hihihih..

Anonymous said...

Wah..sip sip, .pengen banget jadi lilin tapi klo bisa lilin yang awet, gakhancur lebur tapi tetep menerangi geto mass...

Anonymous said...

pengrobanan sejati yang tidak mudah untuk diamalkan memang....

MBAH IM said...

Semoga akan tumbuh lilin-lilin kecil di kemudian hari bagi negeri kita tercinta ini....

Anonymous said...

ada ga yo pemimpin yang seperti lilin itu?

susah kang dijaman sekarang.. tapi semoga saja masih tersisa...

Anonymous said...

ada pepatah bilang : jangan menjadi lilin... jadilah lampu petromax... dadine tambah padang tinimbang lilin

Anonymous said...

wah.. jaman saiki susah kang nyari pemimpin yang seperti lilin...

semoga saja masih ada sisa lilin2 itu..

Anonymous said...

PLN banget ini, Kisanak. Memberikan sedikit terang bagi sekitarnya. Maksudnya berbagi terang, supaya perajin dan penjual lilin juga kebagian rejeki. Ha...ha...! Gak dink. PLN emang lagi krisis daya di mana2.

Anonymous said...

Aku pengin juga jadi lilin , ajari dong Mas....

Anonymous said...

mas, memang penganut falsafah lilin yang erat kaitannya dengan tulus, ikhlas dan tanpa pamrih ini memang sudah berkurang, terimakasih dari sariRapet karena masih ada yang peduli untuk menuliskan hal hal indah seperti ini.

naqiya said...

ada yang bilang,, jadi matahari lebih hebat dari pada jadi lilin,,

lilin memberikan cahaya kepada orang lain, tetapi membuat dirinya meleleh dan habislah cahaya untuk orang disekitarnya..

tapi matahari,, menyinari orang disekitarnya dengan dirinya yang terus bersinar,,

Unknown said...

waduh mas...keknya agak susah cari lilin di dpr lah wong listrik gak mati aja mrk gak pada masuk rapat
*gk nyambung ya?*

balidreamhome said...

sssstttt jangan dikasih tahu ke politisi nanti mereka pada ngumpet semua karena malu semalu-malunya bahkan mungkin banyak yang bunuh diri...tapi ahhh mana mungkin mereka punya nurani seperti itu, orasng mereka itu golongan mati rasa :-)

Lha inggih mBah, Robbie KEane sampun wangsul maleh dateng griyanipun ingkang lami :-)

Nyante Aza Lae said...

jadi inget lagunya mas alm chrisye.

Anonymous said...

sendhika dhawuh kanjeng joel..

(yen nggunem cocok cocok karo fotone sing blangkonan ;)).

Judith said...

Lho .. apa Petromax udah nggak ada lagi Git? aku tulus berkenalan denganmu ya :) *opo toh iki*

Jual Pala said...

oradonk...galau iyo.. hee

 
;