27 May 2008

KemanakahArahPerjuangan Mereka?

Romantika Soe Hok Gie yang seorang aktivis mahasiswa revolusioner serta memori indah penggulingan rezim Soeharto 1998 lalu, nampaknya masih menghinggapi rekan-rekan mahasiswa sampai saat ini. Mereka yang pada tahun tersebut masih memakai seragam putih-abu2, atau bahkan putih biru, pastilah segera menemukan sosok heroik mereka yang baru, dan pahlawan itu disebut mahasiswa. Segera setelah mereka masuk menjadi mahasiswa, maka mereka akan mewujudkan sosok yang heroik tersebut dalam dirinya sendiri. Ikut turun ke jalan(meski gak tau apa2 dan cuma kebagian megang poster berisi tuntutan), rela meninggalkan ruang perkuliahan, mengorbankan rupiah demi rupiah yang telah dibayarkan orang tua mereka untuk biaya kuliah, dan mengorbankan hal-hal lain demi memperjuangkan nasib rakyat, yang bahkan rakyat itu sendiri kadang tidak meminta untuk diperjuangkan dengan cara seperti itu.

Coba sekarang kita cermati aksi-aksi para “pahlawan” jalanan tersebut, sangat tipikal sekali dan homogen. Modal pengeras suara, poster tuntutan, dan kadang aksi teatrikal, mereka berbondong-bondong turun ke jalan, menuju ke depan kantor pemerintah(apapun itu), kemudian berteriak2 sampe tenggorokan kering menuntut perubahan-perubahan yang sesuai dengan idealisme mereka, yang mungkin mereka kira melakukan perubahan yang seperti mereka inginkan tersebut semudah memencet remote TV untuk mengganti chanel. Kalo udah capek dan kadang kalah bentrok sama aparat, ya mereka bubar. Perubahan yang dituntut sampe tenggorokan kering pun hanya tinggal wacana. Lain hari mereka turun ke jalan lagi dengan mengemas isu dan tuntutan yang berbeda, ya cuma kayak gitu terus.

Akhir-akhir ini saya sering ngenes sendiri melihat aksi rekan-rekan mahasiswa yang kebetulan masuk TV, tuntutan yang paling aktuil saat ini apalagi kalo bukan turunkan harga BBM. Yang bikin tambah seru ada acara bakar-bakar ban di jalan segala, yang bikin sedih adalah tindakan anarkis para demonstran yang merugikan rakyat yang saat itu sedang mereka perjuangkan nasibnya, yang bikin konyol ada sesi mencegat mobil-mobil plat merah. Lha apa setiap yang menumpang mobil plat merah itu bisa menurunkan BBM?

Menurut pandangan saya, untuk saat ini kita gak akan bisa merubah apapun hanya dengan berteriak2 di pinggir jalan menuntut ini itu, bakar ban bekas, menantang aparat, atau menyandera mobil plat merah. Kalo memang paham betul kesalahan pemerintah itu dimana, dan bagaimana cara meluruskannya yang pada akhirnya mampu untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia, mari lakukan itu dengan cara yang intelek. Sebagai kaum intelektual, kita seharusnya paham betul kalo revolusi tidak harus dengan aksi fisik. Kalo ingin merubah sebuah sistem masuklah ke dalam sistem itu, perbaiki dari dalam. Kalo dari beratus-ratus aktivis demonstrasi sekarang mempunyai pemikiran seperti itu, saya sangat yakin anak cucu saya kelak bisa merasakan keadaan Indonesia yang jauh lebih baik dari sekarang ini. Gak perlulah demo-demo anarkis kayak gitu lagi, terlalu banyak yang dikorbankan dengan hasil yang tidak jelas juga.

Ada sebuah film dokumenter mengenai kisah mantan aktivis demonstrasi 1998, yang pada intinya dia sampe sekarang tetap harus berjuang mati-matian untuk dapat menghidupi anak istrinya, meski mungkin dia telah turut berperan menyelamatkan bangsa ini dari rezim otoritarian. Pesannya yang sangat mengena adalah, berjuanglah dengan konsep yang jelas, jangan asal turun ke jalan teriak2 tanpa paham apa yang sedang diteriakkan.

Yah mungkin kalo suatu saat kangen pengen demo, kita demo saja harga rokok yang naik terus ini. Harga rokok sebungkus sekarang lebih mahal dari harga 1 liter bensin lho, sadar gak? Padahal sehari rata2 kita habis satu bungkus, kenapa gak demo masalah itu aja ya?hehehe…

Ilustrasi foto ngambil dari revolusidamai.multiply.com

36 comments:

Anonymous said...

harus begitu. pemerintah emang harus di kritisi terus.

Anonymous said...

@kw.memang pemereintah harus dikritisi terus mas, soalnya negara kita kekurangan oposisi mas, padahal negara yang sehat butuh itu..kayak the beatles butuh rolling stones.

yang sa;ah cum,an caranya ajah, mungkin mereka msasih tervbawa orba dimana pemereintahan di masa itu punya 5 mulut tapi cuman sepersepuluh telinga.

mungkin mereka "belum sadar" kalo telinga mereka udah lebar...bersih lagi..

hidup tante sri mulyani!!

Anang said...

alhamdulillah ada goresan baru. negara ini masih belajar merangkak di usianya yg sudah tua. 63 tahun sebentar lagi bukan jaminan kemajuan negeri ini sejajar berlari dg negeri lain yg bahkan lebih muda... demo adalah bunga demokrasi, tp jangan sampe wanginya menjadi racun bagi kita...

Anonymous said...

Hidup Indonesia!
Jd oposan itu boleh2 saja,tp jgn asal njeplak,asal teriak,waton bedho,waton suloyo!
Kadang saya juga males,kalo ada orang yang sok banget pake kata 'rakyat',kok seolah-olah mereka itu penyelamat,penyelamat kelas kambing.....preeks!
Berita di tv lg panas2nya,kt tinggal siapin kacang kulit n bir dingin,enjoy the show.

Herru Suwandi said...

aku kok rasanya lebih setuju mereka itu berdemo dengan cara class action, menggugat pemerintah ke PTUN daripada turun ke jalan, lempar-lemparan batu, yang kena ya rumah penduduk sama yang jualan teh botol

Mata Telinga said...

Nulis neh jebule si Njoelidi, ngerti yen di arep arep. Turun ke jalan, itu sekarang. kalo dah lulus ngurusin kerjaan, hanya satu banding sepuluh juta mahasiswa saat lulus dan bekerja yang memegang idealismenya seperti saat masih turun ke jalan. Demo yang kayak di tipi itu menurutku malah menyengsarakan rakyat, jalan macet bikin perekonomian tersendat karena orang mau kerja nyari duit malah telat. Saya pernah tanya dengan seorang teman yang ikut demo di JKT, katanya itu merupakan bentuk pengorbanan rakyat untuk kemajuan. Mbelgedhes !!! Mengorbankan kok orang lain, mbok yang demo itu aja yang berkorban. Kapan kapan kita demo bareng joel, wong rokoke kita tunggal pabrik. Jangan lupa itu, harap diagendakan

Anonymous said...

peduli pada nasib rakyat tidak harus dengan anarkis. pengerahan massa dalam jumlah besar, saya rasa boleh2 saja asalkan jelas dan terencana dengan baik dan yang pasti ndak pake bakar2 ban dll (mending bakar2 ayam u makan malam, bareng2 gitu...).
menurut saya, yang juga penting untuk dipikirkan dan segera dilakukan adalah bagaimana agar rakyat tetap bisa menikmati hidup (yang masih menurut saya, tidak cukup dengan BLT).
mencontek kata soetrisno bachir, 'hidup adalah perbuatan'

salam
-dbs-

Anonymous said...

bener banged. utk apa demo2 tp anarkis, ga pernah didengar juga, ujung2nya malah bonyok dipentungin polisi.
ato jgn2 cuma pengen masuk tv aja?

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ said...

Wuih bijak Bngt joeLL

o_O hua hua joeLL ngrokok..hEEe

Anonymous said...

di demo saja pemerintah acuh, dengan kekerasan juga acuh apalagi ndak di demo... :(

Pitshu said...

demo sampe jatuh korban, emang pemerintah peduli yah ?!

*akhir na ada postingan lagi ^^

Anonymous said...

iya bener..mending kita demo supaya harga rokok gak terus2an naek.. kalo tetep naek ya dengan penuh penyesalan aku ngurangin rokok mu aja ya..thanks ya 'joel...

MBAH IM said...

Makane jangan selalu salahkan suporter bola bila selalu terjadi kerusuhan, mahasiswa yang terpelajarpun bisa berperilaku lebih anarkhis. Sepertinya itu sudah menjadi watak asli bangsa kita barangkali...

Anonymous said...

Yah, kalo mau protes sah-sah aja. Tapi lebih baik yang sesuai sama kemampuan dan latar belakang keilmuan yang dimiliki aja. Jadi tetap ada manfaat. Misalnya yang ahli teknik otomotif protesnya dengan cara bikin kendaraan dengan bahan bakar ciu. Nah kayak gitukan kan bikin huru-hara.

Anonymous said...

Wah saya justru ngusul... spy pemerintah naekin harga rokok... sebesar2nya... kyk dieropa tuh, sebungkusnya 4 euro. Lumayan toh.. pajaknya bener2 bs nambah devisa negara.

Soal demo BBM mah... sebenernya saya heran sama para demonstran2 itu..mereka maunya apa sih??? Gak mau harga BBM naek?? Yah gimana bisa??wong harga minyak dunia naek. Seluruh dunia pun semua BBM naek. Harga2 bahan pokok yg naek melejitpun gak Cuma dirasain diIndonesia.
Capek degh ...

Anonymous said...

Yang membedakan manusia dengan binatang lainnya, hanya satu. LOGIKA.

Jayalah Terus Indonesia!

Rey said...

Pertama, gue suka banget fotonya

Kedua, mending mana ya? homogen apa homoseksual? hehehe :D

Ketiga, hrg rokok naik? alhamdulillah... mudah2an perokok jadi berkurang, kalopun ndak berkurang, mgkn penduduknya berkurang, krn demi memperjuangkan rokok, banyak yg rela gak makan, lha akhirnya lama2 sakit, lalu mati, baguss... pengurangan penduduk.

Keempat, untung gue jadi pahlawan pada waktunya, ciee... :D

Anonymous said...

Demo sejak tahun 60-an kan dah ada mas, cuman warnanya aja yang beda. Kalo dulu, model bakar2an dan anarkis itu kayaknya gak ada deh. Rasanya memang gak seru kalo gak ada demo.

Agaz said...

di negeri tercinta ini memang banyak kaum intelek yang seharusnya bisa membawa negeri ini menjadi semakin baik... namun otak mereka dikotori oleh korupsi dan pencabulan... jadi tak ada salahnya rekan2 mahasiswa berdemo... sapa tau dengan demo BBM bisa naik lagi...( eh salah ya?)... kaburrrrr....

sayurs said...

setuju ro Gathel : demo anarkis ae ga digagas, po maneh jagongan manis nang forum, prex..!!
#masalah rokok mundak: itu salah satu wujud nyata bakti kita pada negeri ini demi para buruh linting dan pajak pembangunan!

Ngatini said...

betulllll om sayurs..!!!!!!
berterimakasihlah pada mereka yang merokok...

suarahimsa said...

setuju karo Doni...siapkan kacang kulit bir dingin, enjoy the show! perulangan-perulangan yang ngga perlu terjadi menegaskan mahasiswa sekarang itu seperti pemadam kebakaran saja. Sangat reaksioner. cepet-cepet bergerak selagi ada isu yang dianggap ngga pro-rakyat, tanpa tahu wacana yang berkembang. wacana dangkal, asal nuntut, gak memberi alternatif, nggambleh saja mana bisa merubah keadaan? yeah, seru aja liatnya...don, bagi bir-nya dong.wakaka.

Haris Firdaus said...

sy emang dah lama gak mau ikut demo, juga hilang kepercayaan bahwa demo sesuatu yg bs menyelesaikan soal di jaman ini. tapi menurutku, gak perlu menghujat para pendemo itu. kebanyakan mereka tulus, meski lugu.

deFranco said...

Makasih semua yang udah urun nggunem pada postingan saya kali ini

@ mas Haris : saya nggak bermaksut menghujat para pendemo itu kok, Kalopun menurut sampeyan postingan saya ini sebagai bentuk penghujatan ya maafkan saya, tapi sejujurnya saya gak punya kapasitas apa2 untuk menghujat orang laen...

Anonymous said...

numpang koment berbagi rasa!! maaf kalo salah pendapatnya.

postingan yg menarik. hemat saya sih ada dua perbedaan ketika kita melihat aksi jalanan. bisa jadi itu merupakan solusi dan bisa jadi malapetaka. kita bisa melihat runtuhnya rezim otoriter di belahan manapun didunia ini pasti berawal dari aksi masa (konsep yg jelas, bukan asal aksi masa). resa pahlevi di Iran pernah diturunkan oleh aksi ribuan masa yg turun ke jalan, peristiwa 66 atau 98, di pihilipina pun sama seperti itu, di thailand juga kita melihat taksin sinawarta harus turun akibat aksi masa. dan yang paling penomenal adalah revolusi perancis yg juga melalui aksi masa (kaum Buruh). jadi intinya sebuah revolusi butuh darah dan pengorbanan.

saya mau mengutip sedikit pemikiran Tan malaka tentang aksi massa, menurut dia hanya lewat aksi massa yang terorganisirlah kekuasan otoriter dapat diruntuhkan, bukan cuma lewat lobi2 ataupun apalah namanya.

aksi masa yg dimaksud dia adalah kesatuan pemikiran dan tindakan dari elemen yg akan melakukan aksi massa, artinya tidak terkotak2.

nah disinilah yang jadi intinya, ada sebagian aksi masa yang dilakukan oleh segelintir orang dengan tujuan yang tidak baik, artinya aksi ini dipolitisir.

nah, tinggal kita sendiri yg menilai apakah aksi massa sekarang merupakan aksi yg tidak dipolitisir.

terakhir "HARGA REVOLUSI ITU ADALAH NYAWA"

Anonymous said...

Thx infonya, teman2 yang laen mungkin mau menanggapi? maklum otak saya cekak...hehehehe...

ROe Salampessy said...

he...he... maaf nambah dikit, gak marah kan.!

DEMONSTRASI adalah bagian kecil dari roh revolusi, memang ada sebagian yg apatis dengan aksi jalanan ini. namun kita harus jujur bahwa 2 rezim otoriter di negeri ini pernah di jatuhkan lewat aksi massa (Rakyat dan mahasiswa).

bakar ban, blokir jalan, ataupun apalah namanya merupakan salah satu elemen penting dalam aksi massa. memang sih banyak masyarkat yg tidak sependapat dengan aksi seperti ini.

tapi saya cuman berandai-andai, seandainya harga BBM tidak jadi naik karena aksi massa yang terus dilakukan. kepada siapa masyarakat harus berterima kasih. DILEMATIS kan jawabnya. yah.. banyak yg apatis karena BBM terpaksa naik. dengan menuduh mahasisa melakukan aksi percuma karena menyengsarakan rakyat.

pilih mana "sengsara karena kebijakan pemerintah atau sengsara karena anarkisme mahasiswa yang cuman sebentar doang."

demo mahasiswa efeknya cuman sedikit, tapi efek dari kebijakan PEMERINTAH yg kurang pro rakyat adalah bencana yang lebih besar dari demo mahasiswa. yah paling2 cuman macet sebentar doang jalannya, cuman rusak sedikit kios2 dipinggir, ataupun apalah. tapi kebijakan pemerintah bisa bikin macet hidup seseorang. bisa bikin rusak hati orang miskin yang hidupnya sudah sangat menderita.

HIDUP MAHASISWA. HIDUP RAKYAT

wassalam.

Anonymous said...

hmmm.... cuman iso ngelus dada
:D

Lovely Dee said...

cukai rokok dinaikkan.. Woww, betapa bahagianya hatiku.. Demo oleh mahasiswa? sok-sok aja atuh..asalkan ga pake tindakan2 yg anarkhis..Mungkin perlu diciptakan suatu bentuk demo yang simpatik, persuasif tapi mengena.. Piye jal??

Anonymous said...

@ ROE:
pilih mana "sengsara karena kebijakan pemerintah atau sengsara karena anarkisme mahasiswa yang cuman sebentar doang"

sebentar sodara ROE, sebelom kita membahas tentang aksi2 belakangan ini, kita tengok dulu masalah yang melatarbelakanginya.

aksi para mahasiswa dilatarbelakangi oleh kebijakan kenaikan harga BBM. kebijakan ini, dinilai 'tidak pro rakyat'. namun yang jadi pertanyaan, 'apakah yang dipahami para mahasiswa ini adalah sesuatu yang BENAR'? benarkah kebijakan pemerintah 'tidak pro rakyat'?

memang harus diakui, kebijakan kenaikan harga BBM akan memberatkan bagi rakyat. namun yang tidak boleh dilewatkan, adalah latar belakang keputusan ini. saya yakin, pemimpin kita sebenarnya juga sulit mengambil keputusan ini.namun tak bisa dipungkiri, harga minyak dunia yang semakin melambung tinggi tak mungkin bisa ditawar2 lagi.

menurut saya, mentalitas rakyat Indonesia sudah saatnya untuk diperbaiki. sekian lama ketika orde baru mentalitas kita sudah dididik untuk menjadi 'mental kere'. ketika itu, harga bensin memang murah. namun sebenarnya tanpa disadari, semua itu adalah subsidi dari pemerintah. lalu haruskah langkah itu diulangi, ketika semuanya sudah terbukti menjadikan negeri ini menjadi negeri yang kaya akan hutang?

memang mungkin bisa saja pemerintah tidak menaikkan harga BBM. namun konsekuensinya, 'Indonesia akan menumpuk hutang yang akan diwariskan untuk anak cucu kita'. lalu akankah kita mengulangi kesalahan yang sama? padahal (konon) kita adalah manusia, bukan keledai. lalu kenapa kita bersiap mengulangi kesalahan yang sama?

Hugo Chaves mungkin memang bisa menekan harga minyak di Venezuela tetap di kisaran tak lebih dari 4000 rupiah/liter. namun sikap itu didasari posisi Venezuela yang penghasil minyak terbesar kelima di dunia. ditambah lagi konflik horizontal antara venezuela dgn amerika. dengan asumsi, sikap ini adalah didasari keinginan untuk 'mempermalukan' amerika.

sebuah sikap, yang sebenarnya justru bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. dan bagi Indonesia, saat ini bukan waktunya untuk bermain2 dengan bumerang.

salam..

Anonymous said...

He.he. jadi seru juga postingan ini. Menurut saya, sebenarnya Demonstrasi, pemogokan, dan pendudukan gedung hanyalah sebagian kecil dari metode-metode aksi nirkekerasan. Gene Sharp (1973) mengidentifikasi sedikitnya 198 metode aksi nirkekerasan, yang terbagi dalam 3 kelompok besar: (1) protes dan persuasi, (2)nonkooperasi, dan (3) intervensi.

Protes dan persuasi:
•Iwan Fals menyuarakan kritik terhadap Orde Baru melalui lagu Bento, Bongkar, dan Oemar Bakri,
•LSM Indonesia Corruption Watch menyerahkan 500 papan cucian kepada Ketua DPR-RI memprotes pembelian mesin cuci, mobil mewah, dll oleh DPR-RI untuk anggota dewan di saat ekonomi Indonesia sedang terpuruk,
•ibu-ibu yang tergabung dalam Suara Ibu Peduli turun ke jalan membagikan pamflet dan bunga kepada pengguna jalan yang melintasi Bundaran HI sebagai reaksi atas krisis ekonomi yang melanda Indonesia – terutama kenaikan harga susu, sembako, dan biaya pendidikan,
•sekelompok ibu di Argentina berparade secara rutin di depan istana presiden dengan mengusung foto anak-anak mereka yang mati dan atau hilang akibat kekejaman rezim militer saat itu,
•mahasiswa Yogyakarta melakukan pawai damai dari kampus UGM menuju Kraton (istana Sultan Yogyakarta), dengan mengusung poster dan spanduk berisi kritik terhadap Orde Baru,
•sekelompok mahasiswa mengusung keranda bertuliskan “Demokrasi Sudah Mati” dan melakukan upacara penguburan bagi demokrasi,
•banyak orang di Indonesia mengenakan pita hitam di lengan kiri sebagai reaksi atas Tragedi Semanggi.

Nonkooperasi :
•boikot atas minuman Fanta dan komputer IBM, karena perusahaan-perusahaan tersebut terbukti membantu pelaksanaan genoside atas kaum Yahudi pada masa pemerintahan Hitler (Fanta ikut membiayai rezim Hitler, IBM merancang kodifikasi pembunuhan massal untuk Hitler),
•boikot atas rumah makan Mc Donald’s, karena perusahaan tersebut dituding sebagai agen kapitalisme,
•boikot atas sepatu Nike, karena perusahaan tersebut menggunakan buruh anak-anak yang dibayar amat rendah,
•boikot atas produk-produk (sepatu, tas, dompet, jaket) yang menggunakan kulit hewan,
•menjadi vegetarian atau vegan,
•gerakan “No Logo”: tidak membeli dan menggunakan produk-produk berlabel (kalaupun ada, labelnya ditutupi atau dipotong),
•menolak menjadi pegawai instansi atau bekerja sama dengan instansi tertentu, misalnya the World Bank dan IMF.


Intervensi:
•di bawah komando Chico Mendez, sekelompok orang di Brazil mengikatkan diri pada batang-batang pohon, guna menghalangi penebangan hutan,
•seorang biarawati di Filipina berlutut dan berdoa di depan sebuah tank, guna menghalangi tank maju dan melindas barisan demonstran,
• mahasiswa di Thailand memblokade jalan, dengan mengambil posisi duduk dan berdoa di tengah jalan,
• warga Kristen Waiyame, Ambon, menyediakan diri sebagai perisai manusia bagi warga Muslim Waiyame ketika desa tersebut diserang warga Kristen dari desa lain,
•pada tahun 1970an, banyak warga Amerika Serikat menolak membayar pajak, karena tidak ingin pajak mereka digunakan untuk membiayai perang Vietnam,
•M.K. Gandhi dan para pengikutnya berpuasa guna memprotes kekerasan Hindu-Muslim di India; mereka menyatakan akan terus berpuasa hingga orang-orang berhenti berperang.

yah mudah2an saya dapat tercerahkan untuk membuka wacana saya dalam mempelajari apa yang namanya "gerakan untuk perubahan soaial tanpa kekerasan"

Anonymous said...

Yo kalau rokok lebih mahal daripada BBM, mendingan sampeyan ganti rokok sampeyan dengan BBM!
Kan sama-sama disulut to?
gitu ae kok repot kang!

Anonymous said...

mmg "mahasiswa skrg kebanyakan liat berita ktiminal". ato jg disebabkan carut marutnya ngara ini yang bikin sebah isi kpala.
-tp dibalik itu semua
"maksudnya"
mahasiswa memperjuangkan kaum "low standart" yang mati2an beradaptasi dng kenaikan harga bbm, yang scr langsung berdampak pada kenaikan harga di segala bidang. itu termasuk kenaikan harga rokok.

dee said...

aaaah.. berarti sy tdk heroic..
ironis skali ikutan demo tp ga tau tujuannya apa.. soe hok gie slain turun ke jalan, dia juga "berjuang" lewat tulisan.. sepertinya itu cara yang lebih baik..

Suprih's Blog said...

Emang jaman nya udah kembali ke hukum primitif kali ya......

Anonymous said...

Hem.m.m...yah Indonesia memang masih harus banyak berdoa...he..he..

 
;