Selalu ada sensasi tersendiri setiap memasuki wilayah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pemandangan para abdi dalem dengan beskap maupun kebaya, suasana yang tenang, keramahan yang orisinil, dan alunan indah bahasa kromo inggil yang muncul dari mulut para abdi dalem tersebut setiap diajak berbicara. Sebuah keadaan yang akan semakin sulit ditemukan diluar wilayah Keraton.
Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota budaya. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memegang peranan penting sebagai pusat dan sumber kebudayaan yang dimiliki oleh kota Yogyakarta. Namun predikat sebagai kota budaya bukan tidak mungkin sebentar lagi akan dicopot dari Yogyakarta. Kebudayaan yang diagung-agungkan dan menjadi trade mark Yogyakarta ternyata lambat laun mulai tergeser akibat arus globalisasi yang semakin kencang berhembus. Dalam peta Pariwisata Indonesia, Yogyakarta termasuk salah satu favorit tujuan para wisatawan (baik Mancanegara maupun domestik). Setiap musim liburan tiba, kita dapati jalan-jalan di kota kita ini terasa semakin sesak dengan wisatawan yang berkunjung. Salah satu yang diunggulkan Yogyakarta sebagai ujung tombak pariwisata adalah wisata budaya. Menurut E.B Taylor (1982), kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang terkandung didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota budaya. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memegang peranan penting sebagai pusat dan sumber kebudayaan yang dimiliki oleh kota Yogyakarta. Namun predikat sebagai kota budaya bukan tidak mungkin sebentar lagi akan dicopot dari Yogyakarta. Kebudayaan yang diagung-agungkan dan menjadi trade mark Yogyakarta ternyata lambat laun mulai tergeser akibat arus globalisasi yang semakin kencang berhembus. Dalam peta Pariwisata Indonesia, Yogyakarta termasuk salah satu favorit tujuan para wisatawan (baik Mancanegara maupun domestik). Setiap musim liburan tiba, kita dapati jalan-jalan di kota kita ini terasa semakin sesak dengan wisatawan yang berkunjung. Salah satu yang diunggulkan Yogyakarta sebagai ujung tombak pariwisata adalah wisata budaya. Menurut E.B Taylor (1982), kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang terkandung didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Generasi muda memegang peranan kunci demi kelestarian sebuah kebudayaan. Namun kecenderungan yang terjadi di Yogyakarta dewasa ini adalah; semakin menipisnya perhatian atau minat generasi muda dalam hal pelestarian kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari pola dan gaya hidup generasi muda Yogyakarta yang sudah semakin jauh meninggalkan identitas ke”Jogjaan”nya. Memang tidak dapat disalahkan apabila para generasi muda, khususnya remaja, di kota Jogjakarta lebih mengakrabi budaya pop ketimbang budaya warisan leluhur yang bersahaja. Peran media sangat besar dalam memperngaruhi orientasi budaya kalangan muda ini. Muncul istilah generasi MTV yang mengacu pada budaya dan gaya hidup yang penuh dengan hura-hura, glamour dan kekayaan yang tidak masuk akal. Remaja dengan tingkat emosi dan pemahaman yang masih labil secara mentah-mentah menduplikasi apa-apa yang mereka lihat melalui televisi pada kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam budayanya dan terlebih dalam dandanannya. Hal ini sangat mengkhawatirkan. Lambat laun tradisi dan budaya asli Yogyakarta yang anggun dan bersahaja itu bakal tergusur dan akan benar-benar lenyap dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jogja sendiri.
Contoh sederhana adalah penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar sehari-hari mulai tergusur dengan bahasa Indonesia, yang sebenarnya juga bukan murni bahasa Indonesia, karena banyak mengandung sisipan dan istilah-istilah yang populer dengan bahasa gaul. Tak pelak lagi bahasa jawa yang memiliki tingkatan-tingkatan seperti kromo inggil, kromo alus, sampai ngoko mulai jarang bisa kita dengarkan dari mulut seorang remaja yang berbicara kepada orang tuanya, atau seorang adik kepada kakaknya.
Dari segi tradisi, telah lama kita tahu bahwa THR Yogyakarta telah menjadi Purawisata yang mengandalkan musik dangdut sebagai acara pokoknya, yang mana dangdut jelas-jelas bukan merupakan budaya asli dari Yogyakarta. Kadang muncul keinginan untuk dapat menyaksikan pertunjukan kethoprak atau wayang orang seperti yang secara rutin masih dipentaskan di taman Sriwedari Solo. Bisa dipastikan dengan keadaan seperti ini semakin banyak generasi muda asli Yogyakarta yang buta akan kesenian wayang kulit, kethoprak, wayang orang, dan tari-tarian asli peninggalan kebudayaan Yogyakarta, dikarenakan tidak ada lagi tempat yang secara kontinyu menyajikan kesenian-kesenian tradisional tersebut.
Tradisi Sekaten yang merupakan tradisi peninggalan leluhur juga menuai kontroversi setiap perayaannya. Sekaten dituding sudah bukan lagi milik rakyat, karena kental dengan aroma komersialisme yang mengalahkan nuansa tradisinya itu sendiri. Sungguh kasihan generasi penerus di Jogjakarta. Suatu saat mungkin mereka hanya bisa mendapatkan informasi tentang sejarah tradisi dan kebudayaan kota mereka sendiri melalui buku pelajaran.
Pemerintah Propinsi DIY seharusnya sadar betapa pentingnya melestarikan tradisi dan kebudayaan asli daerah. Pelestarian budaya dan tradisi Jogja bukanlah semata-mata tanggung jawab Keraton, namun juga tanggung jawab kita semua sebagai warga Jogja yang harus didukung sepenuhnya oleh Pemprop DIY. Pelestarian sebuah kebudayaan adalah sebuah tindakan yang harus dilakukan secara terus menerus, bukannya terputus. Mungkin ada baiknya apabila pemerintah membangun semacam pusat kebudayaan, yang secara rutin menampilkan budaya-budaya asli Yogyakarta, seperti tarian, kethoprak, wayang orang dan wayang kulit. Tidak hanya cukup mendata grup-grup kesenian tradisional saja, tetapi juga memberi pembinaan yang serius terhadap kebudayaan-kebudayaan Yogyakarta yang sudah diambang kepunahan, seperti nggamel dan macapatan. Semoga Yogyakarta tetap diingat sebagai kota yang berbudaya.
6 comments:
Saya akui, saya adalah Jawa nanggung, meski begitu saya masih ngeh dan fasih berbahasa kromo, meskipun nggak begitu menguasai.
Anak muda jaman sekarang lebih ikhlas mengeluarkan uang 10ribu untuk ntn manusia laba2 tiga di twenty one, daripada keluar duit 5rb tuk ntn wayang wong di GWO Sriwedari.
Jogja pun mendua, tempat dugem menjamur, pun kemasan wisata budaya-nya yang kental, tuk yg terakhir itu saya akui solo masih kalah sama jogja. Padahal, menurut saya, klo ingin belajar kebudayaan Jawa yang sebenarnya, Solo adalah tempat yang layak dikunjungi, itu menurut saya lho mas Panjoel.
Suwun...
Sangat disayangkan jika tradisi dan kebudayaan semakin pudar.
Mungkin Jogja 16 tahun lalu yang pernah kududukin, sudah tidak sama dengan Jogja sekarang ini.
Lam kenal...
@Vie@ Jangankan 16 tahun yang lalu, saya aja yang cuma pergi ke kota sebelah sering terkaget2 melihat perubahan kota Jogja ini, baru dua minggu gak pulang, tiba2 mak bedunduk udah ada mall baru..
Jogja masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan budaya, perlu kita contoh.
whoah this blog is fantastic i really like studying your posts.
Keep up the good work! You know, many persons are looking round for this info, you could help them
greatly.
www.thehonoluluroofer.com
my web page :: how to find a roofing contractor|roofing Oahu|roofing contractors honolulu|roof replacement honolulu|honolulu roofing|roofers honolulu|honolulu roofing company|honolulu roofing jobs|roofing honolulu|oahu roofing|superior roofing honolulu|honolulu roof repair|quality roofing honolulu|honolulu steel roofing|honolulu slate roof|honolulu roofing companies|roof replacement cost on Oahu|oahu homes and roofs|cool roof hawaii|rubber roofing honolulu|new roof honolulu|roofing service honolulu|honolulu metal roofs|honolulu commercial roofing hawaii|commercial roofing honolulu|roofing installation honolulu|hawaii roofing contractors|roofing materials on Oahu|roofers in hawaii|roof installation honolulu|roof sealant honolulu|reliable roofing honolulu|affordable roofing honolulu|roof inspection and repair honolulu|metal roof honolulu|oahu contractors|hawaii roofing|honolulu flat roof|honolulu roofing repairs|local roofing company honolulu|roofing repair honolulu|industrial roofing oahu|honolulu roofing co|honolulu commercial roofing companies|oahu roofing companies|leaking roof honolulu|honolulu roofing and siding|cool roofing honolulu|best roofing shingles honolulu|large commercial roofing company honolulu|honolulu roofing company reviews|cost of roof replacement honolulu|new roofs honolulu|honolulu roof systems|roofing a house in honolulu|honolulu roofing specialist|local roofing honolulu|honolulu contractor roofing|flat roof replacement honolulu|honolulu roof restoration|honolulu commercial roofing repairs|honolulu reroofing|honolulu flat roof construction|replace roof honolulu|beachside roofing hawaii|roof service honolulu|honolulu commercial roofing repair|roof repair estimates honolulu|honolulu roofing contractors|commercial roofing services honolulu|oahu industrial roofing companies|honolulu roof waterproofing|certified roofing honolulu|roof quotes on Oahu|commercial roof repairs honolulu|best roofing contractors honolulu|roof specialist aohu|right roofing honolulu|honolulu city roofing|find a honolulu roofer|best roofhonolulu|best honolulu roofers|honolulu professional roofing contractors
smokeless cigarettes, smokeless cigarettes, ecigarette, e cigarette, e cig, electronic cigarettes
Post a Comment