Dulu pas baru aja bisa motret saya seneng banget hunting foto kesana kemari, dan seperti jamaknya para beginner di dunia fotografi kebanyakan foto-foto yang saya hasilkan bertemakan human interest, foto yang ini saya peroleh di perempatan kantor pos besar Jogja, bahkan sampe sekarang saya masih bisa menemui obyek yang saya ambil fotonya(candid of course) tersebut setiap lewat perempatan kantor pos besar Jogja. Saya bukan seorang pengamat sosial, tapi entah kenapa saya mudah tersentuh bila melihat fenomena-fenomena sosial yang apabila saya bandingkan dengan keadaan diri saya, saya bisa langsung mengucap syukur kepada Tuhan telah dilahirkan sebagai diri saya. Seperti dikota-kota besar lainnya di Indonesia, Jogjakarta juga memiliki banyak masalah sosial seperti pengemis dan anak jalanan. Kalo saya amati umur anak-anak jalanan itu berkisar 5 – belasan tahun, yang mana pada saat umur segitu saya masih bermanja-manja ria dengan orang tua saya dan bisa ngambek sengambek-ngambeknya hanya karena snack yang dibawa bapak saya sepulang kantor sama dengan snack yang dibawa bapak saya pada hari kemaren. Saya jadi mikir bahwa hak anak-anak jalanan tersebut untuk bermanja-manja dan memperoleh kasih sayang dari orang tua mereka harus terampas di jalanan, belum lagi nasib masa depan mereka. Paling banter saat mereka besar akan naik pangkat jadi preman, dan bagaimana juga dengan kekerasan di Jalanan yang senantiasa mengintai mereka? Bisa gak sih diadukan ke komnas HAM?? Lha terus yang jadi suspect-nya siapa?nasib karena hidup miskin?atau Tuhan karena telah menakdirkan mereka lahir miskin?
Tapi jangan salah, mungkin dari segi penghasilan anak-anak jalanan tersebut bisa lebih punya duit dari kita yang mahasiswa ini. Di salah satu acara TV favorit saya, OM FARHAN, pernah satu kali disinggung mengenai anak2 jalanan ini saat membahas mengenai premanisme, diungkapkan bahwa menurut survey yang dilakukan di Jakarta penghasilan anak-anak jalanan itu rata-rata mencapai 20 ribu per hari. Dan saat ditanya untuk apa duit segitu, jawaban yang teratas adalah jajan, kemudian maen video game dan yang terakhir untuk setor pada senior(preman). Perputaran uang pada anak jalanan perhari di Jakarta bisa mencapai 1,5 M, wuihhh………..
Kembali ke Jogja, coba kita muter-muter lewat perempatan gramedia, kantor pos besar atau pertigaan di jalan solo yang menuju IAIN(sekarang UIN) banyak anak-anak jalanan yang dengan sigap mengulurkan tangan meminta simpati dari setiap pengguna jalan saat lampu merah, tapi bagaimana mau bersimpati saat melihat kepinggir jalan melihat orang tua anak jalanan tersebut duduk-duduk bergerombol dipinggir jalan ngobrol dengan sesama orang tua anak jalanan. Rata-rata para ibu2 itu terlihat sehat walafiat, bahkan ada yang fisiknya terlihat subur(bukannya iri karena saya kurus).Apa-apan ini?knapa para orang tua yang sehat itu malah mengaryakan anaknya untuk nyari duit?lalu dimana tanggung jawab mereka sebagai orang tua?kayaknya mereka deh yang pantas diadukan ke komnas HAM, atau komisi perlindungan anak miliknya kak Seto. Saya jauh lebih respect pada seorang ibu yang ngutil di supermarket untuk sekedar memberi susu pada anaknya, toh supermarket itu gak bakalan bangkrut hanya dengan kehilangan satu kaleng susu saja. Sedangkan kalo ditanya balik apa yang bisa saya lakukan buat mereka, sejauh ini saya cuma bisa menyodorkan sejumlah receh dan segenggam simpati saja buat mereka, karena saya belum punya kemampuan yang lebih dari itu untuk mendirikan sebuah yayasan atau apalah, semoga saja suatu saat nanti kalo saya sudah “jadi orang” saya bisa berbuat lebih bagi mereka,aminn…Jadi buat teman-teman yang bisa baca tulisan ini, sangat beruntunglah kamu karena disaat para street fighter itu harus berpanas-panas hingga gosong kulitnya demi sedikit receh kamu duduk manis di warnet yang ber-AC dan dengan enteng menrogoh minimal 3000 dari kantong untuk menikmati salah satu keajaiban teknologi ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
ya memang supermarketnya ndak bakalan bangkrut ilang susu satu kaleng...
tapi yang bangkrut karyawannya*
karena karyawannya yang ngganti...
*pengalaman pribadi
Post a Comment