10 November 2009 24 comments

Sang Pembisik


Saat kaki melangkah memasuki gerbong kereta Prambanan Ekspres di stasiun Wates, tengok kiri kanan masih ada beberapa bangku yang kosong, entah apa yang membawa saya duduk di samping pemuda umur belasan yang duduk dengan menaikkan kaki di bangku kereta (istilah jawanya jegang), dan arah duduknya juga searah dengan laju kereta yang otomatis membuat kakinya hampir mengenai saya. Sekilas saya tatap pemuda wagu itu, dia sedang asik melihat pemandangan di luar kereta yang sedang melaju sedang.

Suara 1 : Asu..!!! Ndeso..!! lungguh sak geleme dewe..apa gak pernah diajari tatakrama sama orangtuanya??!! Egois..ra sopan...
Suara 2 : Mungkin saja dia tipe orang yang merasa mual kalo naik kendaraan dengan duduk menyamping, jadi dia harus menyesuaikan duduknya dengan arah laju kereta

Sampai stasiun Tugu Jogja, jumlah penumpang yang turun tidak sebanding dengan yang naik. Harus sedikit menggeser posisi duduk saya untuk memberi tempat pada seorang wanita dengan kaos pink dan memakai masker untuk menutupi mulut dan hidungnya. Wanita itu membawa travelbag guede warna biru yang menambah sesak kereta, di dekat pintu malah ada om-om yang membawa TV ukuran 21 inch, jadi berasa di kereta barang ni, pikir saya.

Beberapa menit menjelang kereta akan berangkat, tiba-tiba seorang pemuda (lagi-lagi) memaksakan untuk duduk diantara saya dan wanita itu. Hmm..okelah pikir saya, namanya juga transportasi umum.

Ternyata kereta agak molor dari yang dijadwalkan, sudah 6-8 menit duduk berdesakan namun blom juga pintu ditutup tanda akan berangkat. Perhatian saya jadi tertuju pada pemuda yang ndesel-ndesel duduk diantara saya dan wanita berkaos pink itu. Dandanannya khas pemuda masa kini, potongan rambut perpaduan antara Sasuke dengan Andhika Kangen Band, celana jeans skinny, kaos distro, dan jaket distro yang waktu itu cuma ditentengnya. Saat mata tertumbuk pada alas kakinya, alamak..sandal jepit swallow biru buluk menjadi alas kaki yang gak kalah buluknya.

Suara 1 : hmm..masnya ini bener-bener korban mode, heran kok rambutnya isa dibikin kayak gitu..gek iki mambu opo ya?? wangine kok aneh ngene.. jadi penasaran minyak rambute masnya itu apa...
Suara 2 : Heh Su..!!!lha mbok biarin orang mau dandan kayak gimana..coba lihat kamu sendiri, kaos oblong, jeans dekil, sendal njagong(istilah saya untuk sandal dengan potongan resmi), potongan rambut gak trendi, minyak rambut murahan...kmu gak lebih baik dari dia!!!
Suara 1 : Setidaknya aku gak banyak tingkah, sok tengil, sok modis...
Suara 2 : Itu kan menurut kamu...!!!

Akhirnya pintu kereta menutup secara otomatis, dan dengan sedikit hentakan kereta mulai berjalan pelan tanpa mempedulikan kedua suara hati saya yang masih saja berdebat. Tidak sampai 5 menit kereta memasuki Stasiun Lempuyangan, pemuda dengan dandanan aneh itu turun...!!!!!....... yap benar, dia turun di Stasiun Lempuyangan setelah sebelumnya naik dan memaksakan duduk berdesak-desakan dari Stasiun Tugu yang memakan waktu tidak lebih dari 5 menit saja.

Suara 2 : woooggghh...!!!!!jebul nyat kampreettt cah kuwi...kalo cuma mau turun di Lempuyangan knapa gak berdiri aja??
Suara 1 : Andyani kok...


Selepas dari Stasiun Lempuyangan tempat duduk menjadi lumayan lega, namun hanya beberapa saat saja ketika wanita berbaju pink itu bilang “Sini dong..!!”. Panggilan itu ditujukan pada om-om yang membawa tv tadi. Segera om-om berkumis tipis dan berdandan perlente itu duduk disamping sang wanita berbaju pink, kereta pun melaju lagi dengan pelan.

Meski memakai masker yang menutup sebagian wajahnya, namun saya mengira kalo umur wanita itu masih muda, terlihat dari kulitnya yang masih kencang, suaranya, dan cara berdandannya juga masih seperti anak muda masa kini. Tanpa malu dan sungkan si wanita memeluk dan menggelendot manja kepada om-om itu, dengan nada bicara yang tak kalah manjanya.

Suara 1 : Tak salah lagi, perempuan ini pasti istri simpanan dari lelaki ini.
Suara 2 : Dari mana kamu tau?
Suara 1 : Hanya orang bebal saja yang tidak tahu, lihat caranya bermanja-manja, lihat barang bawaannya, travelbag besar itu isinya mungkin pakaian dan perlengkapan hidup lainnya, sedangkan tv yang dibawa om-om itu adalah juga milik perempuan ini. Kesimpulannya perempuan ini sedang pindahan, mungkin tempat tinggal yang lama sudah diendus keberadaannya oleh istri tua om ini.
Suara 2 : Bagaimana kalo ternyata ini anaknya?
Suara 1 : Anak?? Apa kamu gak bisa membedakan dari caranya bersikap dan bertutur kepada om-om itu? Sigh...kamu sungguh naif sekali..
Suara 2 : hmm..mungkin ada benarnya juga, tapi bukankah itu bukan urusanmu?? Kenapa orang selalu tampak salah dimatamu?
Suara 1 : lho inikan cuma didalam hati saja, jadi bebaslah kita mau ngomongin orang kayak apa..
Suara 2 : bener mas bro...salaman sik...btw lihat orang yang berdiri didekat pintu itu, bukankah orang itu mirip dengan Titus?
Suara 1 : Titus?? yang sering nongkrong di TBS itu?? benar juga...mau disapa ndak??
Suara 2 : Pura-pura ndak lihat aja lah, lagian belum tentu itu benar si Titus..
Suara 1 : Oke mas bro...

Tidak terasa kereta memasuki stasiun Klaten, dan pasangan kontroversial itu pun turun. Ternyata bukan hanya saya saja yang memperhatikan, tatapan aneh orang-orang mengiringi turunnya pasangan itu di Stasiun yang bercat hijau itu.
Selepas dari Klaten tidak ada hal yang menarik lagi, dan saya pun membenamkan konsentrasi saya pada tabloid bola yang tadi saya beli, lumayan bisa jadi peredam dosa daripada cuma mbatin uwong ra jelas.

*) Semua kejadian adalah benar adanya, sesuai dengan yang saya temui pada perjalanan saya menuju Solo hari Senin(09/10) kemarin. Bagi yang belum pernah naik kereta Pramex silahkan mencoba, banyak hal menarik dan unik yang bakal sampeyan temui. Salam hangat selalu.
 
;